Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Penyesuaian Investasi BPJS Ketenagakerjaan Masih Pengaruhi IHSG

Kompas.com - 05/04/2021, 14:06 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (5/4/2021), dibuka pada zona merah.

Begitu pula dengan penutupan sesi I siang ini yang juga masih bertengger di zona merah, turun 0,46 persen atau minus 27,69 poin menjadi 5.983,76 dibanding pembukaan pagi tadi di level 6.005,08.

Menurut pengamat pasar modal Riska Afriani, wacana BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) yang akan melakukan penyesuaian investasi masih mempengaruhi hingga saat ini.

Baca juga: Pangkas Investasi Saham dan Reksa Dana, BPJS Ketenagakerjaan Pertimbangkan Kondisi Pasar Modal

Terlebih, saham yang terkena imbas rencana penyesuaian tersebut merupakan dalam kapitalisasi tertinggi atau saham blue chip (LQ 45).

"Kalau saya lihat, ini masih berkaitan dengan pekan lalu penurunan yang terjadi. Kalau bisa dibilang penurunan pekan lalu, lebih disebabkan oleh adanya BPJS Ketenagakerjaan melakukan penyesuaian di saham dan reksa dana. Ini trigger penurunan pada saham-saham BBRI, BBCA, terus ANTM, PTBA. Jadi memang saham-saham yang LQ 45. Jadi memang saham-saham tersebut membuat pelaku pasar lebih ke khawatir dan masih berlanjut," kata Riska saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Sementara itu, imbal hasil (yield) treasury Amerika Serikat (AS) juga memberikan dampak terhadap melemahnya pergerakan indeks saham hari ini.

Sehingga, dana asing di pasar modal lebih memilih untuk menjual sahamnya.

Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Pangkas Investasi Saham, Ini Komentar Para Analis

"Kalau kita lihat juga yield dari US Treasury terus naik, sekarang dikisaran 1,7 persen untuk 10 tahunnya. Saya lihat, itu juga membuat dana asing capital outflow.

Riska menambahkan, jika melihat perdagangan hari ini, untuk asing di all market juga sudah melakukan net sell sebesae Rp 163 miliar.

Untuk di regular market, asing melakukan net sell sebesar Rp 491 miliar.

"Jadi, baik dari dalam negeri maupun di area luar ini sentimennya masih dibilang dikelilingi sentimen negatif," ujar dia.

Kendati penutupan IHSG pada pekan lalu (1/4/2021), ditutup menguat di level 6.011,46 akibat adanya pertumbuhan Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia tertinggi di bulan Maret namun efeknya hanya sementara.

Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Bakal Kurangi Investasi Saham dan Reksa Dana, Ini Respons BEI

Sekarang ini, kata Riska, pelaku pasar menantikan kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal I 2021.

"Waktu lihat di akhir pekan kemarin, itu kan sempat naik tipis, itu saya lihatnya cuma teknikal rebound. Karena sentimen positifnya itu ada kenaikan PMI manufaktur Indonesia di bulan Maret sampai 53 yang sebelumnya di level 50. Mengindikasikan pertumbuhan ekonomi kita sudah mulai jalan di bulan Maret," jelas Riska.

"Tetapi, yang jadi konsen lagi adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi kita di kuartal pertama. Karena targetnya agak cukup tinggi empat sampai lima persen untuk pertumbuhan ekonomi. Kayaknya kuartal pertama masih agak cukup berat untuk dicapai positif. Jadi, itu yang menjadi perhatian pelaku pasar sejauh ini," sambung dia.

Sedangkan Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama berbeda pendapat. Ia menilai, melemahnya IHSG lebih disebabkan masih adanya suasana perayaan Paskah.

"Beberapa negara sedang memperingati Easter Monday," kata dia.

Baca juga: IHSG Berpeluang Lanjutkan Kenaikan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Selain itu, data makro ekonomi RI yang minim memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan indeks saham.

"Minimnya data makroekonomi domestik yang memberikan katalis positif bagi pasar," ujar Nafan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com