Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waswas Hadapi Larangan Mudik, Pengusaha PO: Tahun Lalu Sudah Jual Bus Buat Bertahan

Kompas.com - 20/04/2021, 11:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan pemerintah untuk melarang mudik Lebaran sebagai upaya menekan pandemi Covid-19 sangat berdampak pada industri transportasi. Pengusaha pemilik perusahaan otobus (PO) pun mengeluhkan hal ini.

Salah satunya, Pemilik PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali yang mengaku larangan mudik sangat berdampak pada keberlangsungan bisnisnya.

Tahun 2020 saja, ia sudah menjual 50 bus agar operasional perusahaannya bisa tetap berjalan.

Baca juga: Tempat Wisata Dibuka tetapi Mudik Dilarang, Sandiaga: Pariwisata Bukan Jadi Masalah

Seperti diketahui, pada tahun lalu pemerintah memang melakukan berbagai pembatasan untuk menekan penularan virus corona, termasuk dengan melarang mudik Lebaran.

"Tahun 2020 itu saya jual aset untuk selamatkan perusahaan, yang 50 itu dijual, jadi tinggal 100 unit. Sebagian itu pun cuma dijual rongsok, istilahnya supaya kita bisa survive (bertahan), tetap jalan gitu (beroperasi)," ungkap Anthony kepada Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Menurutnya, sepanjang 2020 industri PO bus tak lagi bicara soal keuntungan, tetapi berupaya untuk bisa bertahan di tengah pandemi mengingat masih ada para pekerja yang perlu mendapatkan pemasukan.

"Kami enggak lagi ngomong untung, udah pasti rugi semua pengusaha PO. Tapi kan kami terus mengusahakan perusahaan ini untuk tetap jalan," imbuhnya.

Oleh sebab itu, Anthony mengaku kecewa karena pemerintah tahun ini kembali memberlakukan larangan mudik yang berlaku sepanjang 6-17 Mei 2021 mendatang,

Baca juga: Pekerja Boleh Mudik bila Kondisi Darurat, Ini Syaratnya

Padahal, ia menaruh harapan dengan berjalannya vaksinasi dan penerapan layanan tes GeNose untuk Covid-19 di sejumlah transportasi umum, maka industri PO bus bisa mulai pulih di tahun ini.

Terlebih saat mudik Lebaran, yang memang menjadi momentum bagi industri transportasi untuk mempercepat pemulihan, mengingat perjalanan masyarakat meningkat pada periode itu.

"Harapannya kita sudah jalan (layanan mudik), karena kan ada program vaksinasi, GeNose, dan sebagainya. Jadi harapannya tahun ini bisa mulai bangkit lah, tapi kondisi seperti ini (ada larangan mudi), mau bilang apa yah kan," kata Anthony.

Menurut dia, dengan larangan mudik yang kembali diberlakukan, maka diyakini bakal semakin menekan kemampuan pelaku usaha bus untuk bisa bertahan.

Ia bilang, pada bisnis layanan bus pariwisata saja saat ini sudah banyak yang tutup karena tak mampu bertahan.

Baca juga: Apakah Ada Sanksi bila Mudik di Luar Tanggal 6-17 Mei? Ini Kata Kemenhub

Kondisi ini akan mungkin diikuti oleh bisnis layanan bus antar kota antar provinsi atau AKAP.

"Sebgoan PO yang pariwisata sudah collapse, tutup. Ada yang macet juga, bus-busnya sudah mulai di tarik leasing, sudah mulai di lelang. Nah untuk AKAP, saya rasa dengan larangan mudik ini sebagian akan menyusul (karena tak mampu bertahan)," jelas Anthony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com