Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 4,5 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 28/04/2021, 13:52 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank (ADB) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,5 persen sepanjang 2021.

Tingkat pertumbuhan akan meningkat pada tahun 2022, yakni diperkirakan mencapai 5 persen, di tengah perbaikan kondisi global dan perekonomian negara ini yang dibuka bertahap

“Dengan pulihnya perdagangan secara kontinu, kebangkitan sektor manufaktur, dan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang besar untuk 2021, kami optimis Indonesia akan kembali ke jalur pertumbuhannya tahun depan," kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein dalam siaran pers, Rabu (28/4/2021).

Baca juga: Mayoritas CEO Global Optimistis Ekonomi Dunia Membaik di 2021

Wicklein menyebut, pertumbuhan ekonomi bakal ditopang oleh beberapa hal, salah satunya pengeluaran rumah tangga yang bakal meningkat tahun ini.

Pertumbuhan tersebut bisa melaju karena program vaksinasi dan makin banyak sektor perekonomian yang kembali beroperasi.

"Investasi diharapkan akan meningkat lagi bersamaan dengan membaiknya prospek ekonomi. Namun, laju pemulihan pembiayaan atau kredit masih akan tertinggal mengingat ketidakpastian sentimen investor," jelas Wicklein.

Pada tahun ini pula, inflasi diperkirakan naik ke level 2,4 persen, sebelum akhirnya turun lagi ke 2,8 persen pada 2022.

Angka inflasi ini masih berada dalam rentang target Bank Indonesia karena tekanan inflasi akibat depresiasi mata uang dan permintaan pangan yang lebih tinggi.

Baca juga: Masih Terkontraksi, Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksi Minus 0,5 Persen hingga Minus 1 Persen di Kuartal I 2021

Tingkat inflasi akan diimbangi sebagian oleh penurunan harga barang yang ditetapkan pemerintah.

Kemudian, ekspor bersih yang didukung oleh kuatnya ekspor komoditas akan menjadikan defisit transaksi berjalan sebesar 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021.

"Seiring naiknya investasi tahun depan, volume barang modal impor yang lebih tinggi, seperti mesin dan peralatan, diperkirakan akan mendorong defisit transaksi berjalan Indonesia hingga 1,3 persen PDB pada 2022," ungkap dia.

Namun demikian, ada beberapa risiko yang signifikan terhadap perkiraan ini.

Pemulihan global dapat terganggu oleh ancaman dari mutasi Covid-19 yang baru, laju vaksinasi yang tidak merata di dunia, dan pengetatan keuangan global yang tidak terduga sebelumnya.

Baca juga: Cerita Yolanda, Pelaku UMKM yang Dongkrak Ekonomi 100 Karyawan di Usia 25 Tahun

Sementara di dalam negeri, pemulihan ekonomi dapat melambat bila terjadi lonjakan kasus Covid-19 selama bulan Ramadhan, keterlambatan dalam upaya vaksinasi, dan melemahnya pendapatan pemerintah.

Untuk itu, ADB merekomendasikan, Indonesia perlu memobilisasi sumber daya domestik dan memastikan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan.

"Kekhawatiran mengenai utang yang berlebihan dapat diatasi dengan reformasi fiskal untuk memperluas basis pajak, meningkatkan administrasi dan kepatuhan pajak, serta menutup celah-celah perpajakan," pungkas Wicklein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com