Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ShopBack: Tren Kirim Hampers Berlanjut

Kompas.com - 24/05/2021, 12:38 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ramadhan dan Idul Fitri identik dengan momen mudik, liburan, buka puasa bersama, dan kumpul dengan teman-teman serta keluarga.

Keterbatasan untuk melakukan pertemuan fisik dengan orang-orang terdekat selama pandemi kerap terefleksikan dalam bentuk pengiriman hampers sebagai pengganti silaturahmi yang terhalang.

Galuh Chandra Kirana, Country General Manager of ShopBack Indonesia mengatakan, tren saling kirim hampers meningkat dan masih berlanjut pada tahun 2021.

Sebanyak 34 persen responden memesan hampers untuk kerabat dan keluarga. Dia bilang, masa pemesanan tertinggi terjadi satu minggu sebelum Ramadan dengan budget rata-rata di bawah Rp 500.000.

Baca juga: Hampers dan Parsel Paling Banyak Diburu di Dua E-Commerce Ini

“Tiga bentuk hampers favorit yang menjadi pilihan responden adalah makanan dan minuman, saldo dompet digital/e-wallet, dan pernak-pernik lainnya,” jelas dia.

Tren saling berkirim hampers menjadi solusi silaturahmi akibat pembatasan sosial dan akitivitas untuk mengurangi penyebaran Covid-19.

Tahun kedua pandemi, ShopBack menemukan 90 persen responden tetap memilih untuk tidak mudik.

“61 persen responden memilih untuk berlebaran dengan saling mengunjungi keluarga di dalam kota, 23 persen berlebaran di rumah saja, 3 persen memutuskan staycation selama libur Lebaran. 13 persen responden yang tidak berlebaran memilih staycation atau berlibur di rumah/dalam kota,” jelas Galuh dalam siaran pers, Senin (24/5/2021).

Sementara itu, perilaku travel dan staycation responden secara umum selama pandemi yakni, lebih dari 50 persen responden mengaku pernah bepergian ke luar kota dalam setahun terakhir, dan 43 persen mengaku melakukan staycation dalam satu tahun terakhir.

Di sisi lain, THR yang cenderung menjadi kunci utama peningkatan konsumsi belanja pada bulan Ramadan nyatanya hanya 36 persen responden menyatakan yang menerima THR penuh.

“Dari total responden, 36 persen responden menyatakan yang menerima THR penuh. Karena pandemi memberikan pengaruh besar pada menurunnya kondisi ekonomi,” ungkap Galuh.

Ia menjabarkan, 15 persen responden mengaku tidak menerima THR penuh dan 13 persen tidak menerima THR sama sekali. Dia bilang, dua-duanya disebabkan kondisi ekonomi perusahaan yang sedang tidak baik.

“Sementara itu, 36 persen responden lainnya tidak menerima THR karena belum/tidak bekerja/baru masuk kerja,” tambah dia.

Galuh mengatakan, masa pandemi yang memutarbalikkan kondisi ekonomi dan kehidupan sejak 2020 lalu memang menantang, tapi dengan mempelajari perilaku konsumen secara terus menerus, dapat membatu dalam memetakan di mana posisi dan kekuatan ekonomi masyarakat saat ini.

Dengan begitu, para pelaku bisnis dapat membuat perencanaan pemasaran yang paling strategis dan relevan.

“Saya percaya, walau kita semua sedang merangkak kembali, digital shift yang terjadi pada konsumen dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk mempercepat keadaan kembali mendekati normal,” sebut dia.

Baca juga: Berawal dari Sahabat di SMA, Dua Wanita Ini Bangun Bisnis Hampers Beromzet Puluhan Juta


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

Whats New
Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Whats New
Bahan Pokok Hari Ini 23 April 2024: Harga Tepung dan Telur Naik, Daging Sapi dan Ayam Turun

Bahan Pokok Hari Ini 23 April 2024: Harga Tepung dan Telur Naik, Daging Sapi dan Ayam Turun

Whats New
Reksadana RDPT adalah Apa? Ini Pengertian dan Keuntungannya

Reksadana RDPT adalah Apa? Ini Pengertian dan Keuntungannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com