Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Potensi Taper Tantrum, BI: Pasar Finansial Cukup Menenangkan

Kompas.com - 03/06/2021, 21:08 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menegaskan, kondisi ekonomi secara riil dan pasar finansial di dalam negeri akan baik-baik saja, meski ada banyak ketakutan soal taper tantrum seperti tahun 2013 silam.

Taper tantrum adalah kondisi pasar yang bergejolak ketika bank sentral mulai mengetatkan kebijakan.  Hal itu biasanya terjadi setelah adanya krisis ekonomi ketika Federal Reserve melakukan quantitative easing (QE) untuk meningkatkan likuiditas di pasar. Namun saat ekonomi mulai pulih, The Fed bakal mengurangi nilai pembelian aset tersebut, yang kemudian bisa memicu penguatan dollar Amerika Serikat (AS).

"Jadi poin pertama saya adalah baik di aktivitas riil ekonomi dan financial market kelihatannya kedua-duanya cukup menenangkan," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam diskusi Infobank secara virtual, Kamis (3/6/2021).

Baca juga: Ini Senjata BI Hadapi Taper Tantrum

Erwin menuturkan, pasar keuangan akan baik-baik saja karena nampaknya The Fed sudah banyak belajar dari fenomena taper tantrum sebelumnya.

Bank sentral AS itu sadar bahwa kebijakan The Fed bakal diikuti dunia sehingga pengambilan exit policy tak bisa dilakukan tergesa-gesa. Komunikasi menjadi titik penting untuk memberikan kepastian kepada pasar sehingga nilai tukar di berbagai negara tak melemah signifikan.

"Jadi tampaknya (komunikasi ini) sudah dilihat oleh The Fed, jadi sekarang The Fed sudah komunikasi lebih bagus dibanding sebelumnya, sehingga kita bisa ekspektasi ketidakpastian di market harusnya tidak akan parah karena semua orang memahami exit policy tidak boleh tergesa-gesa," ucap Erwin.

Meksipun ada ekspektasi inflasi naik di AS, The Fed menyebut inflasi lebih disebabkan oleh suplai, bukan permintaan.

Oleh karena itu, pengetatan moneter The Fed diprediksi tak akan diambil tergesa-gesa sehingga momentum pemulihan ekonomi di negara lain bisa terjaga.

"Jadi kalau kita perhatikan language dari rilisnya The Fed sangat kentara kehati-hatian itu," beber dia.

Lebih lanjut Erwin menuturkan, kondisi ekonomi riil di dalam negeri menunjukkan perbaikan yang sangat jelas, setelah mampu melewati fase pemulihan dan pembukaan kembali ekonomi (reopening economy).

Baca juga: Ungguli ASEAN dan Korea, PMI Manufaktur Indonesia Tembus Rekor Tertinggi

PMI Manufaktur Indeks (PMI) Indonesia kembali meningkat pada angka 55,3 di bulan Mei 2021. Peningkatan menunjukkan terjadi ekspansi selama 7 bulan berturut- turut.

Angka tersebut meningkat dari rekor sebelumnya pada 54,6 di April 2021 dan rekor survei tertinggi dalam tiga bulan berturut-turut.

Tak hanya itu, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sudah tumbuh 6,1 persen (mtm), meningkat dari pertumbuhan -2,7 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.

"Poin saya adalah dengan riil ekonomi di global yang kentara, tapi juga ada tanda-tanda ketidakpastian mereda. Jadi dua-duanya itu cukup menenangkan," pungkas Erwin.

Baca juga: Sri Mulyani: Pertanian Menjadi Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com