Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Saham Garuda Indonesia: Tinggal Tunggu Waktu Terjun Bebas ke Harga Rp 50

Kompas.com - 21/06/2021, 15:12 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saham PT Garuda Indonesia (Persero) dengan kode GIAA sejak diputuskan untuk dihentikan sementara aktivitas perdagangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat sejumlah analis berpendapat pesimistis.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, persoalan yang dialami Garuda Indonesia dianggap begitu berat sehingga harga jual saham GIAA diprediksikan bakal ditawarkan rendah, bisa mencapai Rp 50 per lembarnya.

"Persoalan GIAA sangat berat sekali. Saya perkirakan harga saham GIAA tinggal tunggu waktu terjun bebas ke harga Rp 50," kata Edwin kepada Kompas.com, Senin (21/6/2021).

Baca juga: Garuda Indonesia, Persoalan Visi, Mental, dan Moral Bangsa

Meskipun kupon sukuk nantinya bakal diupayakan oleh maskapai pelat merah ini untuk melunasi, tetapi menurut Edwin, tetap tak mampu mendorong kinerja perseroan hingga beberapa tahun ke depan.

"Kalaupun kupon sukuk bisa dibayar saat ini, bagaimana kelanjutan pembayaran ke depannya hingga jatuh tempo?" ujar Edwin.

"Bagaimana pembayaran lunas sukuk tersebut di tahun 2023 sebesar 500 juta dollar AS, di tengah banyak pesawat yang ditarik dan dikembalikan, dikuranginya destinasi penerbangan," imbuh dia.

Pendapat senada juga dilontarkan Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper yang menyarankan bagi para investor untuk menghindari pembelian saham GIAA selama kondisi kinerja keuangan perusahaan belum membaik.

"Ya dihindari saja (pembelian saham GIAA). Selama masih pandemi, selama penerbangan masih dibatasi GIAA masih belum menarik. Sampai ada kepastian bayar utang," kata dia.

Baca juga: [POPULER MONEY] Harga Emas Batangan di Pegadaian Turun Tajam | Saham Garuda Indonesia Disuspensi

Sebagai informasi, BEI mesuspensi aktivitas perdagangan saham Garuda Indonesia di Papan Utama sejak Jumat (18/6/2021) lalu,

Mengutip keterbukaan informasi, penyebab keputusan suspensi kepada emiten dengan kode saham GIAA ini karena Garuda Indonesia menunda pembayaran jumlah pembagian berkala sukuk senilai 500 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 7,2 triliun.

Pihak BEI menjelaskan bahwa Garuda Indonesia telah menunda pembayaran Jumlah Pembagian Berkala Sukuk yang telah jatuh tempo pada tanggal 3 Juni 2021 dan telah diperpanjang pembayarannya dengan menggunakan hak grace periode selama 14 hari, sehingga jatuh tempo pada tanggal 17 Juni 2021.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com