Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Dukung Pengembangan Hortikultura, Guru Besar IPB: Bisa Jadi Cash Crop

Kompas.com - 29/06/2021, 21:21 WIB
A P Sari,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Muhammad Firdaus mengajak semua pihak untuk mendukung upaya pemerintah dalam pengembangan subsektor pertanian, khususnya hortikultura.

Menurut dia, hortikultura merupakan subsektor yang sangat penting, terutama dalam mendukung peningkatan ekspor dan menekan angka impor atau defisit.

“Semua pihak harus mendukung pembangunan hortikultura, karena bisa menjadi sumber pendapatan tinggi dan cepat atau cash crop serta bernilai baik untuk lingkungan. Komoditas yang harus diperhatikan itu jeruk, apel, anggur, dan sayuran,” terang Firdaus dalam keterangan pers resminya, dikutip Kompas.com, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Berkat RJIT Kementan, Produktivitas Petani di Sukabumi Meningkat Pesat

Pernyataan Firdaus itu diungkapkan menyusul upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk melakukan peningkatan produksi pertanian. Beberapa program yang dilakukan di antaranya kampung hortikultura dan food estate.

Selain itu, Kementan juga terus mendekatkan teknologi sebagai perekat terhadap generasi muda. Hal ini sesuai dengan visi pertanian masa depan yang memiliki semangat maju, mandiri, dan modern.

Firdaus menerangkan, ada empat kunci keberhasilan dalam mengembangkan hortikultura nasional, yakni teknologi, pasar, pembiayaan, dan pendampingan.

“Semua itu perlu didorong untuk keseimbangan nutrisi. Sebab, selama ini konsumsi hortikultura nasional masih tergolong rendah,” ujar dia.

Baca juga: Kembangkan Korporatisasi Petani, KemenkopUKM Gandeng Kementan dan IPB

Upaya lainnya, lanjut Firdaus, yaitu dengan menumbuhkembangkan jiwa wirausaha melalui korporasi petani dan food estate.

Hal tersebut dilakukan sebagai terobosan untuk menciptakan skala ekonomi, sehingga teknologi modern seperti smart farming dapat diaplikasikan.

"Ini dapat dilakukan jika kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) pendukung tersedia dengan baik. Saat ini, jumlah program studi dengan kompetensi pertanian mencakup hortikultura di seluruh tanah air berjumlah ratusan, dari tingkat sarjana hingga pascasarjana,” katanya.

Adapun untuk pengembangan kampung hortikultura, dikatakan Firdaus, merupakan program yang sangat tepat. Pasalnya program ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan dari budi daya yang dilakukan oleh petani hortikultura.

Baca juga: Kementan Raih WTP, Mentan SYL: Kami Ada di Jalan yang Benar

"Program ini juga menyadari skala pengusahaan oleh petani yang kecil-kecil, maka pengembangan mulai dari registrasi sampai ke peningkatkan kualitas hasil dilakukan dalam suatu wilayah, yang dapat bersifat bukan hamparan," katanya.

Generasi muda penggerak pertanian

Sementara itu, Kepala Tani Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanu Triwidodo mengaku optimistis dengan semua pendekatan yang ada, termasuk melalui program pendidikan vokasi di berbagai perguruan tinggi.

"Saya selalu kagum dengan anak muda. Mereka itu kalau berani bertani selalu ada sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan. Karena itu saya setuju dan akan mendorong lahirnya anak muda 4.0 dan saya yakin mereka bukan pemalas," katanya.

Menurut Hermanu, peranan generasi muda dalam sektor pertanian memang tak bisa dianggap remeh. Terlebih, mereka memiliki keberanian tinggi dalam menghadapi risiko besar saat terjun langsung dalam sektor pertanian.

Baca juga: Kementan Targetkan Realisasi Serapan Anggaran Capai 40 Persen hingga Akhir Juni

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com