Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Iman Sastra Mihajat, Ph.D
Mantan Head of Sharia, Oman Arab Bank

Mantan Head of Sharia, Oman Arab Bank

 

Strategi Menyelamatkan Bank Muamalat Indonesia

Kompas.com - 12/07/2021, 12:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Muhammad Iman Sastra Mihajat, Ph.D*

BANK Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank Syariah warisan para ulama (MUI) dan cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang harus kita jaga Bersama.

Akan tetapi karena salah urus, BMI telah mengalami kerugian dan penurunan asset terus menerus sejak 8 tahuh terakhir ini. Meskipun BMI pernah mengalami masa kejayaannya selama 15 tahun pasca krisis 1998.

Update: Klarifikasi Kolumnis atas Artikel “Strategi Menyelamatkan Bank Muamalat Indonesia”  

Dalam 15 tahun pascakrisis, BMI sukses menurunkan NPF, menaikkan return on equity (ROE), menaikkan asset, meningkatkan keuntungan dan menekan NPF ke level terendah.

Baca juga: Maruf Amin: Bank Muamalat Boleh Sakit, Tapi Tak Boleh Mati

Namun, cerita kejayaan BMI ini hanya bertahan 15 tahun pascakrisis moneter 1998. Delapan tahun terakhir, BMI terus mengalami penurunan kinerja yang sangat drastis baik dari sisi asset, NPF, DPK, pembiayaan, dan keuntungan.

Dari sisi asset, pada tahun 2014 aset BMI sempat menyentuh Rp 62 T akan tetapi pada tahun 2020, asset BMI hanya tinggal 51 T.

Penurunan ini juga dialami dari sisi pembiayaan yang disebabkan oleh kualitas asset yang tidak baik, pembiayaan BMI merosot tajam dari angka Rp 42 T menjadi hanya Rp 29 T.

Dari sisi DPK, penurunan DPK BMI sebanyak 19 persen, dari Rp 51 T menjadi Rp 41 T pada akhir tahun 2020. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat meletakkan dananya di BMI menurun drastis.

Dari sisi keuntungan, BMI pada tahun 2013 sempat menyentuh rekor sebesar Rp 476 M. Akan tetapi pada tahun 2014, keuntungan BMI sempat terjun bebas di angka Rp 59 M dan pada akhir tahun 2020 hanya tersisa Rp 10 M.

Hal ini diperparah dengan kegagalan lima kali right issue pada lima tahun terakhir yang tidak kunjung menemukan investor baru. Dengan kata lain, manajemen BMI dalam delapan tahun terakhir belum berhasil membangun trust para investor agar mereka mau menanamkan modal mereka di bank pertama murni syariah ini.

Maka dari itu, sudah saatnya pemerintah bertindak agar aset umat ini bisa mengulang kembali kejayaannya di masa lalu.

Baca juga: BPKH akan Tanam Rp 3 Triliun di Bank Muamalat

Terlebih lagi, di bawah Menteri BUMN Erick Thohir (yang notabene adalah pengusaha sukses di Tanah Air) telah banyak sekali membuat gebrakan dan perubahan yang sudah dilakukan salah satunya paling fenomenal adalah penggabungan 3 bank syariah BUMN besar menjadi Bank Syariah Indonesia.

Tentunya hal ini tidak lepas dukungan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin yang sangat berambisi besar menjadikan Indonesia menjadi international hub keuangan syariah global.

Mimpi besar ini juga diperkuat dengan background Wakil Presiden RI yang notabene adalah ulama yang sangat concern terhadap ekonomi dan keuangan syariah dan pernah menjabat sebagai ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan pernah menerima gelar Doktor Kehormatan di bidang ekonomi dan keuangan syariah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com