JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya penipuan berkedok penawaran investasi di tengah masyarakat melalui grup pesan singkat telah memakan banyak korban.
Namun, hal serupa tetap saja terus terjadi.
Tidak jarang, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut menduplikasi dan mencatut atau mengatasnamakan penyelenggara fintech berizin untuk mengelabui masyarakat.
Baca juga: Waspada Penipuan Investasi Mengatasnamakan KPEI
Menanggapi hal tersebut, Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menyatakan prihatin dan berinisiatif untuk memulai Kampanye Anti Fintech Palsu.
Ketua Umum Aftech Pandu Sjahrir meminta kepada masyarakat untuk berhati-hati atas berbagai bentuk penawaran dari akun-akun palsu yang melakukan pencatutan nama dan logo penyelenggara fintech resmi.
"Selalu menjaga kerahasiaan username, password, secure PIN, dan data pribadi penting lainnya, dan tidak memberikan data-data personal ini kepada siapa pun. Tidak mentransfer sejumlah uang ke oknum-oknum penipu dengan akun aplikasi pesan instan dan media sosial palsu yang mengatasnamakan penyelenggara fintech resmi," ujar Pandu secara virtual, Kamis (15/7/2021).
Pandu menambahkan, masyarakat dapat mengunjungi portal CekRekening.id yang diinisiasi oleh Kementerian Kominfo di tahun 2017.
Ini membantu masyarakat mendapatkan informasi rekening bank yang diduga terindikasi tindak pidana. Selalu cek penawaran yang diterima telah memenuhi prinsip legal dan logis.
Baca juga: Banyak Penipuan Lelang, Ini Ciri-cirinya
"Hanya memilih perusahaan dan produk yang telah terdaftar dan berizin dengan memeriksa di website resmi regulator," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Aftech juga menghadirkan situs CekFintech.id yang menyediakan edukasi untuk masyarakat tentang praktik pencatutan nama dan logo penyelenggara fintech resmi di aplikasi pesan instan dan media sosial oleh pihak yang tidak mempunyai atau menyalahgunakan izin, serta informasi perusahaan dan produk anggota.
Sementara itu, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara juga mengingatkan kepada masyarakat agar lebih bijak dalam memilih instrumen investasi.
Terlebih dengan iming-iming bunga tinggi yang diklaim tidak ada risikonya.
"Penipuan berkedok penawaran investasi melalui berbagai grup pesan singkat oleh fintech bodong saat ini tengah marak berlangsung. Kami mengimbau masyarakat agar selalu memastikan bahwa penawaran yang diterima memenuhi prinsip 2L, legal dan logis. Legal, berarti, memiliki legalitas dan izin penawaran produk dari lembaga yang berwenang; dan Logis, menawarkan keuntungan yang masuk akal," kata Tirta.
Baca juga: Waspada Penipuan Investasi Berkedok Aset Kripto
Hal senada juga diungkapkan Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta.
Ia mengatakan, saat ini jenis penipuan online dan kejahatan siber berpotensi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya digitalisasi di sektor jasa keuangan, termasuk sistem pembayaran.