Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei LSI: Masyarakat Ingin Prioritas Ekonomi Lebih Tinggi Dibanding Kesehatan

Kompas.com - 18/07/2021, 20:05 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Survei Indonesia (LSI) memaparkan hasil survei terkait prioritas masyarakat antara ekonomi dan kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Hasilnya, cukup berimbang, namun di bulan Juni 2021 masyarakat lebih memprioritaskan masalah perekonomian dibandingkan kesehatan.

Dalam survei tersebut, LSI menggunakan indikator pertanyaan "sekarang ini, menurut Ibu/Bapak sebaiknya lebih memprioritaskan pada masalah kesehatan atau ekonomi?".

"Jumlah responden yang menilai sebaiknya pemerintah memprioritaskan masalah ekonomi atau kesehatan dalam pandemi cukup berimbang," ujar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam siaran persnya, Minggu (18/7/2021).

Baca juga: Survei: 77,1 Persen Keluarga Miskin Tak Kurangi Konsumsi Rokok Selama Pandemi

Djayadi menerangkan pada periode survei Juni 2021, jumlah responden yang ingin pemerintah prioritaskan masalah ekonomi lebih besar (50,7 persen) dibanding yang ingin masalah kesehatan diprioritaskan hanya 46,2 persen.

Di periode survei sebelumnya September 2020, jumlah yang ingin masalah kesehatan diprioritaskan lebih besar (60,5 persen) dibanding yang ingin masalah ekonomi diprioritaskan (36 persen)

Sementara itu, berdasarkan hasil rekap survei LSI, mayoritas responden menganggap Covid-19 sama-sama mengancam terhadap kesehatan (92 persen) dan ekonomi masyarakat Indonesia (95,8 persen).

"Jumlah responden yang menilai covid-19 mengancam ekonomi lebih besar," ucap dia.

Baca juga: Bangun Food Estate Hortikultura di Jawa, Kementan Survei 2 Daerah Ini

Sedangkan mayoritas responden (70,9 persen) menilai besar kemungkinan kehidupan akan lebih buruk karena dampak ekonomi dari wabah Covid-19.

Berdasarkan hasil survei LSI mayoritas ingin PSBB dihentikan agar ekonomi bisa berjalan (57 persen responden), sementara 39 persen responden ingin PSBB dilanjutkan agar penyebaran virus bisa diatasi.

Jumlah responden yang ingin PSBB dihentikan selalu lebih banyak di Juli (60,6 persen responden) ingin PSBB dihentikan, dan di September 2020 ada 54 persen responden.

Berdasarkan hasil sigi LSI keadaan Ekonomi Nasional Dinilai Sedang Buruk Ada 56,5 persen responden yang menilai keadaan ekonomi nasional secara umum saat ini buruk.

"Jumlah tersebut meningkat dibanding periode Januari 2021 di mana hanya 42,4 persen responden yang menilai buruk," tambahnya.

Baca juga: Survei BI: Penjualan Properti Residensial Meningkat 13,95 Persen

Akan tetapi, jumlah itu belum setinggi penilaian pada Mei 2020 yang saat itu 81 persen responden menilai keadaan ekonomi buruk.

Mayoritas responden (69 persen) mengalami penurunan pendapatan rumah tangga sejak imbauan bekerja dan belajar dari rumah. Dari jumlah tersebut, 74,9 persen di antaranya menilai penurunannya dalam jumlah banyak jika dibandingkan sebelum Covid-19.

Sebagai informasi, survei LSI dilakukan pada 20 hingga 25 Juni 2021 dengan melibatkan sekitar 1.200 responden. Dengan asumsi metode simple random sampling, memiliki toleransi kesalahan (margin of error atau MoE) sekitar ±2.88 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sampel ini berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Baca juga: Survei Cyrus Network: Tingkat Kepuasan Peserta Kartu Prakerja Capai 96,2 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com