Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Wirausaha Sosial, Inovasi, dan Gerakan Masyarakat Sipil Berbasis Komunitas

Kompas.com - 31/07/2021, 10:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT ini, Indonesia sedang berbenah dan bertransformasi dari berbagai aspek. Awal 2021, Badan Pusat Statistik mengeluarkan hasil sensus penduduk yang menyatakan jumlah penduduk Indonesia sebesar 270.20 juta di tahun2020.

Pertengahan tahun 2020, Bank Dunia resmi mengelompokkan Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas dengan GNI per kapita antara US$ 4.046 hingga US$ 12.535 per tahun. Perubahan status ini akan lebih memperkuat kepercayaan mitra dagang, mitra bilateral, investor, dan mitra pembangunan atas ketahanan ekonomi Indonesia.

Indonesia dengan tingkat heterogenitas tinggi memiliki berbagai tantangan, terutama para pembuat kebijakan yang harus menghadirkan solusi bagi permasalahan sosial yang ada. Teknologi sangat berperan penting bagi Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah sosial saat ini.

Saya mengamati bahwa, 80% pergerakan masyarakat sipil yang berbasis sosial sudah bertumpu dengan infrastruktur digital saat ini.

Berkaitan dengan upaya pemecahan masalah yang terjadi di tengah masyarakat, inovasi sosial memiliki peran yang signifikan dalam proses transformasi Indonesia. Luaran dari produk inovasi sosial yang berhasil dieksekusi akan menghadirkan banyak solusi mulai dari akses pelayanan kemasyarakat yang lebih baik, munculnya ‘smart city’ hingga implementasi dari penggunaan energi terbarukan (renewable energy) yang lebih maksimal.

Semangat yang perlu dibangun dalam pelaksanaan inovasi sosial di tengah masyarakat perlu difasilitasi secara maksimal oleh pemangku kebijakan. Perlu hadirnya jaringan pentahelix yang terus dilestarikan agar cita-cita luhur kita menciptakan masa depan Indonesia yang lebih cerah dan berdaulat dapat terwujud.

Salah satu komponen dari ‘pentahelix’ adalah komunitas. Pemahaman komunitas dalam hal ini adalah suatu gerakan kemasyarakatan yang berada di luar pemerintah dan sektor bisnis.

Sejak 10 tahun terakhir gerakan masyarakat sipil berbasis komunitas (community-based organization) di Indonesia jumlahnya semakin meningkat. Sebagian besar digagas oleh penduduk berusia produktif yang saat ini disebut dengan generasi millennial atau zillennial.

Para penggerak sosial ini bergerak dalam isu permasalahan lintas bidang seperti lingkungan, kesehatan, Pendidikan, kesadaran sejarah, pemberdayaan sosial – ekonomi, budaya, kesetaraan gender, advokasi HAM, advokasi kebijakan publik hingga harmoni dan toleransi antaretnis maupun agama.

Komunitas atau organisasi dinilai efektif dalam membuat dampak yang positif. Dampak tersebut berupa program komunitas yang dilakukan secara berkala, kampanye dan gerakan sosial, startup, atau program kegiatan yang bersifat rutin. Tren anak muda membuat perubahan melalui komunitas atau platform sedang marak terjadi di Indonesia.

Hadirnya berbagai jenis komunitas dan organisasi masyarakat sipil tidak terlepas dari keinginan anak muda Indonesia (milenial) untuk melakukan suatu perubahan. Gerakan sosial yang masif kini dapat menjadi solusi untuk memberikan perubahan pada bangsa Indonesia.

Gerakan sosial ini juga dapat menjadi representasi dari definisi kepemimpinan baru versi generasi milenial, karena melalui gerakan sosial ini pemimpin muda yang mayoritas berasal dari kalangan generasi milenial dapat memengaruhi orang lain dengan kebaikan, dan hal tersebut akan menciptakan inspirasi-inspirasi kebaikan lainnya.

Saat ini kita meyakini bahwa gerakan sosial melalui komunitas mampu berpengaruh, baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional. Dan itulah wujud dari kepemimpinan. Gerakan sosial mampu menjawab tantangan itu.

Mengutip Hikam (1999), meningkatnya jumlah masyarakat sipil yang membentuk komunitas tersebut merupakan bentuk kemandirian yang cukup tinggi sebagai warga negara dengan kesadaran pemanfaatan ruang publik bebas. Mereka memilih terlibat aktif dalam melayani langsung kepentingan public diluar keterlibatan politik.

Gerakan masyarakat sipil berbasis komunitas saya prediksi akan semakin meningkat jumlahnya. Hal ini dibarengi dengan karakteristik dari generasi usia produktif yang ditahun 2020 mendominasi sekitar 70 persen total penduduk Indonesia (BPS, 2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com