Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Butuh Dana Rp 110 Triliun untuk Bantu Negara Miskin Lawan Varian Delta

Kompas.com - 11/08/2021, 11:31 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) membutuhkan dana hingga 7,7 miliar dollar AS untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah bertahan dari varian Delta Covid-19.

Angka itu setara dengan Rp 110,1 triliun (kurs Rp 13.000/dollar AS). Dana tersebut untuk menyediakan vaksin Covid-19, oksigen, dan perawatan medis.

Asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses obat-obatan dan vaksin, Dr. Mariangela Simao mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk program Access to Covid-19 Tools Accelerator WHO, yang mengirimkan pasokan medis penting ke seluruh dunia untuk memerangi Covid-19.

Baca juga: Sudah Vaksinasi Covid-19 tapi Sertifikat Vaksin Belum Muncul, Lakukan Hal Ini

Dana pun diperlukan untuk menutupi sebagian kekurangan, atau sekitar 16,8 miliar dollar AS, yang menghambat kemampuan WHO untuk memerangi pandemi di negara-negara berkembang yang memiliki sedikit akses ke vaksin.

“Selain masalah moral — orang tidak boleh mati jika teknologinya tersedia di tempat lain — Anda tahu, teknologi harus membantu umat manusia secara keseluruhan,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses obat-obatan dan vaksin, Dr. Mariangela Simao mengutip CNBC, Rabu (11/8/2021).

WHO sendiri telah menetapkan tujuan untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi global pada akhir September 2021, kemudian meningkat menjadi 40 persen pada akhir tahun. Lalu pada pertengahan 2022, setidaknya 70 persen populasi global sudah mendapat vaksin.

Sayangnya, beberapa negara di seluruh dunia belum memulai kampanye vaksinasi, utamanya negara-negara miskin yang belum memperoleh akses vaksin. Sedangkan negara-negara kaya seperti AS dan Israel, telah memvaksinasi lebih dari setengah populasi penduduk.

Penasehat Senior Direktur Jenderal WHO, Dr. Bruce Aylward mengungkap, penduduk di negara-negara miskin bahkan tidak bisa mengakses tes Covid-19.

Alhasil, penduduk tidak mempunyai cukup bukti bahwa demam yang mereka rasakan berasal dari Covid-19 atau penyakit lain seperti malaria, TBC, pneumonia, dan HIV.

Untuk itu selain untuk akses vaksin, dana fantastis tersebut pun bakal mencakup pengujian Covid-19, penyediaan oksigen untuk perawatan pasien, dan pengadaan masker.

Baca juga: Masuk Pasar Tradisional Harus Tunjukkan Sertifikat Vaksin, Pedagang: Ini Berlebihan

"Negara-negara kaya telah menghabiskan triliunan dolar untuk mengurangi dampak pandemi," beber dia.

Sebetulnya WHO sempat mengatakan, dana 7,7 miliar dollar AS ini dibutuhkan untuk membeli vaksin Covid-19 dan menjalankan Akselerator ACT, Saat itu, WHO membutuhkan tambahan 3,8 miliar dollar AS untuk membeli 760 juta dosis vaksin Covid-19 dan dikirimkan tahun depan.

“Ini adalah momen yang menentukan di zaman kita. Kita perlu membantu negara-negara bergerak lebih bersama. Jika tidak, kita akan hidup dengan virus ini lebih lama dari yang kita butuhkan," pungkasnya.

Baca juga: Mulai 16 Agustus, Masuk ke Gedung BEI Wajib Tunjukkan Sertifikat Vaksin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com