Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Bukalapak Masih "Downtrend", Perhatikan Ini Sebelum Beli

Kompas.com - 16/08/2021, 14:32 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam beberapa hari, saham Bukalapak (BUKA) yang merupakan emiten sektor teknologi mengalami penurunan yang signifikan hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB).

Melansir RTI, hari ini saham BUKA menyentuh ARB dengan penurunan 6,81 persen atau 65 poin di level Rp 890 per saham pada perdagangan sesi I setelah sebelumnya dibuka pada level Rp 955 per saham.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkapkan, saat ini harga saham BUKA masih dalam downtrend atau kecenderungan untuk turun, namun peluang untuk bangkit masih terbuka.

Baca juga: Saham Bukalapak Kena ARB Lagi, Bagaimana Prospek BUKA?

“Untuk saham buka masih terdapat potensi pelemahan dalam jangka pendek. Secara technical masih downtrend, namun sudah mulai terdapat tekanan beli sehingga ada kemungkinan penurunan tidak akan terlalu jauh,” kata Hendriko kepada Kompas.com, Senin (16/8/2021).

Hendriko menilai, penurunan terjadi akibat investor melakukan profit taking setelah pekan lalu mengalami auto reject atas (ARA).

Di sisi lain, dia menduga penurunan signifikan saham BUKA akibat margin call. Menyikapi hal tersebut, ia mengimbau agar investor dapat mencermati pergerakan BUKA dalam jangka pendek.

“Karena saham BUKA ini lagi ramai di kalangan investor retail, ada potensi terjadinya margin call yang kemungkinan menambah tekanan jual ke BUKA kemarin. Bagi investor yang tertarik pada saham buka, disarankan wait and see sampai terbentuk reversal,” jelas dia.

Senada dengan Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee yang menyebut saham BUKA dalam jangka pendek masih ada peluang untuk turun lebih dalam lagi dibanding posisi saat ini.

Namun, Hans menilai untuk prospek jangka panjang, saham BUKA masih potensial untuk di koleksi karena terdorong sentiment positif saham-saham teknologi.

Baca juga: Minat Beli Saham Bukalapak, Jangan Lupa Pelajari Laporan Keuangannya

“BUKA bisa turun ke level Rp 600 – Rp 700 an per saham, sebelum mulai naik lagi. Untuk jangka panjang harusnya masih bisa naik mengingat sentimen saham teknologi masih positif,” jelas Hans.

Sebagai informasi, dalam sepekan saham BUKA telah turun 16,04 persen. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,02 miliar dengan volume 926,03 miliar saham. Sementara itu, nilai market cap BUKA mencapai Rp 91,7 triliun

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com