Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit APBN Tahun Ini Masih Bengkak, Jadi 5,82 Persen dari PDB

Kompas.com - 18/08/2021, 13:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui defisit APBN akan melebar dari target semula akibat penyebaran varian Delta Covid-19 sejak akhir Juni 2021.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan, defisit akan melebar jadi 5,82 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dari outlook 5,7 persen dari PDB sebelumnya.

"Karena pembaginya rendah maka angka defisit outlook menjadi 5,8 persen. Itu kenapa angka bergerak ke atas," kata Febrio dalam Webinar Tanya BKF di Jakarta, Rabu (18/8/2021).

Baca juga: Pemerintah Pede Defisit APBN 2021 Lebih Rendah, Turun Rp 66,8 Triliun

Febrio berujar, pelebaran defisit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Besaran defisit secara nominal tergantung pada penerimaan dan belanja negara, kemudian dibagi dengan angka PDB nominal tahun bersangkutan.

Lagipula, melonjaknya defisit APBN tahun ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan yang dipangkas pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi yang dipatok 4,5-5,3 persen kemudian turun pada rentang 3,7-4,5 persen.

"Akan tetapi kita sudah antisipasi bahwa nilai dari PDB nominalnya akan turun dari asumsi di APBN. Asumsi di APBN itu 5 persen. Terkait dengan Delta, kita revisi di tahun ini kemungkinan tidak akan capai 5 persen. Kita diantara 3,7-4,5 persen dari PDB 2021," ucap Febrio.

Kendati secara nominal, defisit fiskal tahun ini menurun pada angka Rp 939,6 triliun. Nominal tersebut lebih rendah Rp 66,8 triliun dari target Rp 1.006,4 triliun.

Baca juga: Tutup Defisit APBN, Pemerintah Tarik Utang Rp 973,58 Triliun Tahun Depan

Dia berujar, defisit nominal yang menurun ini membuat risikonya lebih rendah lantaran secara nominal kebutuhan pembiayaan di tahun-tahun berikutnya pun akan lebih rendah.

Dia pun meyakini, kredibilitas RI di mata asing masih akan terjaga tahun ini karena rendahnya defisit secara nominal.

"Risikonya kita melihat malah lebih rendah. Kenapa? Karena secara nominal kebutuhan pembiayaan itu lebih rendah tadinya Rp 1.006,4 triliun. Ini sesuatu yang lumrah dan kita lihat ini sesuatu positif karena risiko fiskalnya rendah," pungkas Febrio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com