Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Cuan Reksa Dana Campuran Saat Pandemi?

Kompas.com - 20/08/2021, 21:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memilih instrumen investasi di masa pandemi bisa dibilang susah-susah gampang. Pasalnya, investor perlu melihat secara jeli peluang pasar yang berubah tiap saat.

Namun, tak ada salahnya menjadikan reksa dana campuran sebagai pilihan investasi di masa pandemi. Komposisi reksa dana yang tak mengharuskan investasi minimum 80 persen pada saham membuatnya fleksibel dan adaptif.

Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga mengatakan, manajer investasi tertantang untuk memilih instrumen investasi lebih cermat dan mengalahkan pasar di masa pandemi.

Baca juga: Ahok Bicara soal Ciri-ciri Perusahaan yang Sulit Berubah

Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengambil platform paling fleksibel yang diizinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Reksa Dana Campuran.

"(Reksa dana) Campuran boleh 1 hingga 79 persen per tipe instrumen, bebas bergerak, fleksibel dan adaptif. Itu dimungkinkan untuk menghadapi market yang volatile," kata Antony dalam siaran pers, Jumat (20/8/2021).

Antony menjelaskan, reksa dana campuran bisa dipilih lantaran kondisi ekonomi akibat pandemi memperpanjang konsolidasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Konsolidasi ini membuat IHSG tak bergerak signifikan selama 4 tahun terakhir.

"Stabil di satu sisi. Cuma indeks saham yang kita harapkan rata-rata naik per tahun ternyata malah stagnan. Indeks LQ45 malah lebih parah, delapan tahun tidak ke mana-mana," ucap dia.

Salah satu kinerja reksa dana campuran bisa dilihat dari kinerja Reksa Dana Campuran Trimegah Balanced Absolute Strategy (Bastra). Sejak 2,5 tahun Bastra keluar di pasaran, kinerja IHSG secara kumulatif dalam kondisi hampir -5 persen.

Baca juga: Ini 3 Alasan Kemendag Bikin Bursa Kripto

Namun, reksa dana campuran Bastra menghasilkan kinerja kumulatif sekitar 59 persen. Lebih dari itu kata Antony, investor tetap perlu melakukan due dilligence yang mendalam dalam memilih manajer investasi.

"Pilih manajer investasi yang bisa mengerti approach dan strategi yang digunakan oleh manajer investasi tersebut. Mulailah untuk mengikuti kelas-kelas edukasi atau webinar gratis yang sering diadakan oleh banyak manajer investasi," ucap dia.

Lebih lanjut, cari fund manager yang bekerja maksimal dalam mengelola dana investor. Fund manager dan analis harus selalu melakukan diskusi dan memantau data.

"Ketika membeli saham ataupun obligasi (misalnya), harus ada tesis dan alasannya. Jika kemudian berdasarkan data yang baru ada tesis yang salah, fund manager tidak segan dan ragu-ragu untuk keluar," pungkas dia.

Baca juga: Sukuk Ritel SR015 Sudah Bisa Dibeli, Bisa Investasi Mulai Rp 1 Jutaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com