Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komitmen Perusahaan Implementasikan Prinsip Berkelanjutan Masih Rendah

Kompas.com - 23/08/2021, 16:26 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD) Shinta Kamdani mengatakan, banyak perusahaan di Indonesia yang memiliki pemikiran atau mindset untuk menjalankan usaha dan operasionalnya dengan visi yang lebih berkelanjutan. Sayangnya, implementasi dari pemikiran itu masih rendah.

Hal tersebut setidaknya tercermin dari hasil riset Navigator Reasearch pada tahun 2020 yang menyatakan setidaknya dari 10 perusahaan setuju bahwa sustainability (keberlanjutan) sebagai kunci strategi bisnis ke depan. Artinya secara pemikiran ada keinginan untuk berubah dengan lebih memperhatikan lingkungan.

Namun demikian, komitmen tersebut pada tahap implementasinya sangat rendah. Hanya sekitar 27 persen perusahaan yang memastikan akan mengintegrasikan visi keberlanjutan dalam supply chain (rantai pasok) mereka.

"Jadi walaupun secara mindset ada, tapi secara implementasi masih sangat rendah, dan ini yang terjadi di Indonesia. Jadi memang implementasi menjadi challenge-nya," kata Shinta dalam webinar Katadata SAFE 2021, Senin (23/8/2021).

Baca juga: IHSG Ditutup Positif, Asing Koleksi BBCA, BUKA, dan TLKM

Menurutnya, komitmen pengusaha untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip berkelanjutan ini harus terus didorong. Salah satunya dengan menerapkan sistem global standard setter for sustainability atau sustainability benchmark.

Benchmark ini berfungsi untuk mengukur performa perusahaan dengan menciptakan transparansi pada seluruh aspek environmental, social, dan governance (ESG).

"Sehingga di dalamnya terdapat pula terkait elemen rendah karbon yang juga meningkatkan reputasi perusahaan dan menjaga kepercayaan investor. Ini jelas kaitannya mendorong level daya saing," ujarnya.

Ia mencontohkan, global standard setter for sustainability yang bisa menjadi acuan yakni World Benchmarking Alliance. Benchmarking ini menyediakan tools untuk mengukur dan membandingkan peforma lembaga keuangan, perusahaan, pemerintah, social society, dan individu terhadap pemenuhan Perjanjian Paris untuk menghadapi perubahan iklim.

Selain itu, World Benchmarking Alliance juga mendorong transisi rendah karbon. Ada pula global standard setter for sustainability yang bisa menjadi acuan yakni Sustainalytics, yang mempermudah pencarian korporasi top scorer berdasarkan ESG rangking yang salah satunya terkait risiko karbon.

"Saya rasa standar-standar ini penting, dengan adanya standar-standar seperti ini akan membantu pelaku usaha untuk bisa mendorong diri mereka pada aspek ini (berkelanjutan)," pungkas Shinta.

Baca juga: Ini Alasan OJK Naikkan Modal Inti Bank Baru Jadi Rp 10 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Whats New
Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Ciptakan Ekosistem Perkebunan yang Kompetitif, Kementan Gelar Kegiatan Skena 

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri ESDM Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com