Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Saatnya Mendorong UMKM Tumbuh Sehat dan Berkelanjutan

Kompas.com - 13/09/2021, 17:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

FAKTA menarik yang selalu dijadikan kekuatan UMKM adalah jumlahnya yang mencapai 64,2 juta dan 99,9 persen dari pelaku usaha di Indonesia. Angka ini adalah versi Badan Pusat Statistik (BPS).

Walau data lain bisa menunjukkan perbedaan jumlah, UMKM tetap mendominasi jumlah unit usaha di Indonesia.

Merujuk pada data versi BPS, "hanya" 0,1 persen usaha yang bukan UMKM. Persentase yang demikian kecil. Padahal usaha besar juga berawal dari usaha mikro, yang terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi besar.

Baca juga: 15,3 Juta UMKM Sudah Gabung Ekosistem Digital

Berarti mayoritas usaha seperti jalan di tempat. Tetap menjadi mikro, kecil atau menengah, setelah sekian waktu berjalan.

Sekalipun tidak tergolong besar, UMKM menampung hingga 117 juta tenaga kerja atau 97 persen, sementara korporasi besar menampung sisanya.

Kontribusi terhadap PDB juga terus meningkat hingga mencapai 60,3 persen pada 2019 walau sempat anjlok menjadi 37,3 persen selama pandemi pada 2020.

Mau menjadi besar dan tumbuh tidak semata pilihan pemilik usaha sepenuhnya. Kondisi permintaan pasar memberikan dampak kuat. Jika permintaan lemah, tidak realistis untuk tumbuh. Memilih bertahan lebih masuk akal.

Memaksakan usaha untuk tumbuh demi menjadi besar tanpa pertimbangan matang akan menimbulkan kekacauan. Usaha yang tumbuh membutuhkan kapabilitas (kemampuan), skill (kecakapan), kapasitas, tim dan sistem agar mampu memenuhi permintaan pasar. Perpaduan dari semua ini akan menciptakan pertumbuhan usaha yang sehat.

Ketika usaha baru berdiri, pemilik menjalankan semua aktivitas. Tatkala mulai tumbuh, pemilik harus mendelegasikan tugas kepada karyawan atau mitra.

Beragam fungsi tidak dapat lagi dijalankan sendiri. Pemilik harus dapat memastikan bahwa karyawan menjalankan tugas sesuai dengan visi dan misi yang sedari awal ditetapkan.

Fungsi kepemimpinan sang wirausaha lebih berperan. Ini konsekuensi usaha yang tumbuh.

Faktor yang memengaruhi

Allen (2012) mengemukakan tiga faktor yang memengaruhi pertumbuhan usaha.

Pertama, pasar. Pemahaman pasar yang dimasuki amat diperlukan. Sulit bagi usaha untuk tumbuh di ceruk pasar yang stabil dan berukuran kecil.

Demikian juga di pasar yang dihuni dan dikuasai oleh korporasi besar. Ada peluang di pasar yang cenderung stabil tetapi wirausaha menawarkan inovasi sebagai keunggulan kompetitif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com