Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Indosat: BUMN yang Dijual ke Singapura di Era Megawati

Kompas.com - 17/09/2021, 09:01 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indosat dan Tri Indonesia resmi menggabungkan usaha atau merger. Padahal sebelumnya, beberapa kalangan mengira merger kedua operator seluler itu masih sebatas rumor belaka.

Dikutip dari keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat (17/9/2021), perusahaan gabungan itu diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison).

Perusahaan baru ini berada di peringkat kedua sebagai operator seluler terbesar di Indonesia setelah Telkomsel dari sisi jumlah pengguna. Sementara posisi ketiga ditempati oleh XL Axiata asal Malaysia.

Pasca-merger, struktur pemegang saham pun otomatis berubah. Pemilik Indosat adalah Ooredo Group asal Qatar. Sementara operator 3 dimiliki oleh PT Hutchison 3 Indonesia (H3I), konglomerasi investasi asal Hong Kong.

Baca juga: Saat Jokowi Janji Beli Kembali Indosat di Pilpres 2014

Dengan penggabungan Indosat dan H3I, maka CK Hutchison menerima saham baru di Indosat sebesar 21,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison. Sementara PT Tiga Telekomunikasi akan menerima saham baru Indosat sebanyak 10,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison.

Pemegang saham lainnya di PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk adalah pemerintah Indonesia sebesar 9,6 persen dan sisanya dimiliki publik sebesar 14 persen.

Sejarah Indosat

Dikutip dari laman resmi Indosat Ooredo, Indosat berdiri di Indonesia pada tahun 1967 sebagai perusahaan penanaman modal asing yang menyediakan layakan telekomunikasi antar-negara di Indonesia.

Lalu pada tahun 1980, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengakuisisi saham Indosat untuk mendukung program satelit Orde Baru saat itu. Setelah menjadi BUMN, perusahaan ini kemudian melantai ke bursa efek pada tahun 1995.

Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?

Mendirikan Telkomsel

Sebagai perusahaan negara, Indosat kemudian mendirikan Telkomsel dengan menggandeng perusahaan pelat merah lainnya, PT Telkom (Persero) di tahun 1995. Telkomsel adalah operator seluler pertama di Indonesia.

Dalam perusahaan patungan itu, PT Telkom menanamkan modal sebesar Rp 66,6 miliar (51 persen) sedangkan PT Indosat (49 persen), hampir sama yaitu Rp 63,9 miliar, sehingga total saham yang dipegang keduanya mencapai Rp 133,5 miliar.

Sementara modal usaha perusahaan patungan baru itu adalah sebesar Rp 650 miliar untuk menjalankan bisnis operator seluler dengan jaringan GSM (global system for mobile communication), meskipun saat itu kepemilikan telepon seluler masih sangat terbatas.

Pecah kongsi

Belakangan, Indosat dan Telkom memutuskan tak lagi melanjutkan kerja sama lewat Telkomsel. Kedua perusahaan sepakat menukar saham dengan anak usaha masing-masing.

Diberitakan Harian Kompas, 11 Mei 2001, disepakati transaksi bisnis PT Indosat dan PT Telkom menyangkut pembelian 35 persen saham PT Indosat di PT Telkomsel oleh PT Telkom senilai 945 juta dollar AS.

Baca juga: Daftar 7 BUMN Terbesar di Indonesia dari Sisi Aset, Siapa Juaranya?

Lalu penjualan 22,5 saham PT Telkom di PT Satelindo kepada PT Indosat senilai 186 juta dollar AS, penjualan 37,66 persen saham PT Telkom di PT Lintasarta senilai 38 juta dollar AS, dan pengalihan hak dan kewajiban PT Telkom di Unit KSO Divre IV Jateng/DIY kepada PT Indosat senilai 375 juta dollar AS.

Untuk transaksi ini PT Telkom harus membayar tunai kepada PT Indosat sebesar 346 juta dollar AS dan berikutnya pembayaran dalam rupiah senilai 177 juta dollar AS, selambat-lambatnya 1 Juli 2001.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com