Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Waspadai Kenaikan Harga Komoditas yang Bisa Pengaruhi Kinerja Ekspor

Kompas.com - 22/09/2021, 14:54 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Centre of Strategic and International Studies (CSIS) mengingatkan pemerintah mengenai tantangan ekspor yang bisa mempengaruhi pemulihan ekonomi nasional.

Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, tantangan tersebut adalah kenaikan harga komoditas yang tidak berkelanjutan dan kendala logistik di pelabuhan dalam negeri dan luar negeri.

"Kita harus hati-hati melihat kenaikan ekspor yang terjadi, walau ini membantu dalam proses pemulihan ekonomi di indonesia," kata Yose dalam ADB Outlook Update secara virtual, Rabu (22/9/2021).

Baca juga: Presiden Jokowi: Era Kejayaan Komoditas Bahan Mentah Berakhir

Yose menuturkan, sebagian besar lonjakan kinerja ekspor Indonesia saat pandemi ditopang oleh ekspor komoditas unggulan, seperti kelapa sawit (crude palm oil/CPO), nikel, besi dan baja, raw material, serta bahan bakar mineral.

Kenaikan ekspor tersebut terjadi sebab adanya lonjakan harga komoditas hingga 70 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan harga komoditas tahun depan diproyeksi tidak akan se-booming tahun ini karena terjadi normalisasi.

"Walau ada kenaikan permintaan, sebagian besar kenaikan ekspor muncul karena efek kenaikan harga. Dan efek harga ini bisa jadi tidak berkelanjutan atau mungkin tidak berlanjut bila beberapa isu pasokan tidak diatasi dalam waktu dekat," beber Yose.

Tantangan lainnya adalah soal konektifitas dan logistik yang selama ini menjadi kendala utama dalam mendukung ekspor. Menurutnya, pemerintah harus mengantisipasi tantangan ini menyusul kendala logistik di California dan China.

Sebagai informasi, terjadi backlog kontainer atau kemacetan kontainer di California. Lalu, China menutup beberapa pelabuhan besar. Penutupan ini akan mempengaruhi ekspor Indonesia.

"Bukan hanya mempengaruhi ke depannya, tapi kita lihat merasakan pengaruhnya, misalnya kenaikan biaya transportasi barang yang mencapai 100 persen," ucap Yose.

Baca juga: Pengertian Komoditas dan Jenis-jenis Produknya

Indonesia saat ini mengalami kekurangan kontainer atau peti kemas di banyak pelabuhan. Fenomena ini menjadi salah satu tantangan terbesar Indonesia, khususnya untuk barang-barang non komoditas seperti produk manufaktur yang membutuhkan angkutan barang dan peti kemas.

"Kita harus menghadapi situasi ini dengan baik, namun situasi semacam itu tidak bisa diatasi di tingkat nasional saja tapi harus dilakukan di tingkat global dengan kerja sama yang lebih besar di tingkat internasional," pungkas Yose.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com