Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Bantah Pejabat Kemendag Vs Kementan soal Stok Jagung

Kompas.com - 23/09/2021, 12:37 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seolah sudah jadi masalah menahun, polemik kelangkaan dan tingginya harga jagung terus berulang sejak beberapa tahun terakhir. Jagung sendiri merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan ternak unggas.

Terbaru, polemik jagung kembali mengemuka setelah seorang peternak membentangkan poster keluhan saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Blitar, Jawa Timur.

Belakangan, sang peternak digelandang polisi setelah aksinya sempat viral. Sengkarut masalah jagung pun kembali ramai diperbincangkan publik usai kejadian tersebut. 

Versi Kementan

Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengklaim penyebab harga jagung untuk pakan ternak tinggi karena terjadi disparitas harga antara Harga Acuan Pembelian (HAP) dari Kementerian Perdagangan dengan harga yang ada di pasaran.

Baca juga: 2 Kali Jadi Presiden, Jokowi Janjikan Swasembada Jagung, Realisasinya?

"Ketersediaan sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma bagaimana membuat kondisi bahan pokok sampai ke peternak secara masif dan tak ada pelanggaran di lapangan," kata Harvick dalam rapat kerja bersama dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, dilansir dari Antara. 

Menurut Harvick, permasalahan utama harga pakan jagung yang tinggi adalah sinkronisasi antara pengusaha pakan besar dan kecil terhadap peternak rakyat.

Peternak rakyat, menurutnya, menjadi pihak yang sangat dirugikan lantaran biaya produksi membengkak dan tidak bisa menjual telur di atas Harga Pokok Produksi (HPP).

"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini. Cuma memang bagaimana membuat situasi stabil dan kondusif. Ini kita perlu dukungan sama-sama dari teman-teman Komisi IV untuk mengingatkan pengusaha pakan kita," kata dia.

Baca juga: Mendag Pertanyakan Klaim Data Kementan soal Stok Jagung 2,3 Juta Ton

Harvick juga mengatakan telah meminta kepada para jajarannya di lingkungan Kementerian Pertanian untuk terus menjalin komunikasi dengan para pelaku usaha, termasuk industri pakan ternak, peternak, dan petani untuk menjaga kondusifitas di lapangan.

Klaim stok jagung 2,3 juta ton

Lebih lanjut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menerangkan saat ini stok jagung terbilang masih dalam kondisi aman.

"Di GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak) itu 722 ribu ton, kemudian ada di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, usaha lain dan eceran kemudian di rumah tangga dan lainnya itu sisanya, jadi total sekitar 2,3 juta ton," kata dia.

Suwandi menjelaskan saat ini terjadi disparitas harga yang cukup tinggi antara HAP yang diterbitkan Kementerian Perdagangan yaitu sebesar Rp 4.500 per kg dengan harga di pasaran sekitar Rp 5.500 - Rp 6.000 per kg.

Baca juga: Saat Peternak Ayam Tagih Janji Jokowi soal Swasembada Jagung

Selain itu, posisi panen jagung tidak merata di seluruh daerah Indonesia dan panen terjadi secara musiman, dan sebaran waktu panen pun tidak merata.

Suwandi juga menjelaskan ketimpangan yang terjadi antara peternak rakyat yang tidak mampu membeli jagung kepada petani dalam jumlah besar dibandingkan dengan kemampuan perusahaan pakan ternak besar.

"Inginnya petani kan cash and carry, peternak inginnya tunda dulu dan sebagainya. Itu jadi kendala untuk akses jagung oleh peternak kecil," kata Suwandi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com