Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhamad Rifki Maulana

Ekonom Yunior Bank Indonesia Kalimantan Timur

Presidensi G20 Indonesia 2022: Momentum Indonesia Pimpin Transformasi Ekonomi Hijau

Kompas.com - 25/09/2021, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Pada Riyadh Summit 2020, Indonesia secara resmi dipilih menjadi Presidensi pada tahun 2022 di sebuah forum strategis bernama G20.

G20 sendiri adalah forum kerja sama multirateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) yang merupakan gabungan antara negara kelas pendapatan menengah hingga maju.

Strategisnya forum ini tercermin dari size of economy dari keseluruhan anggota G20 ini yang mencakup 80 persen PDB Dunia dan 75 persen perdagangan global.

Forum rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya ini membahas isu-isu penting yang mencakup dua kelompok kerja utama yakni Kelompok Finance Track dan Sherpa Track.

Baca juga: OJK Susun Panduan Manajemen Risiko Perubahan Iklim

 

Mengacu kepada penamaannya, kelompok Finance Track akan membahas isu-isu tentang keuangan, sementara pada kelompok Sherpa Track akan dibahas topik-topik strategis lainnya mulai dari isu kesehatan, sosial, energi, lingkungan, perdagangan hingga investasi.

Posisi sebagai presidensi di tahun 2022 menjadikan Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis dalam menentukan arah pembahasan pada G20 nanti.

Lainnya, ini juga memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengangkat tema-tema topikal yang menjadi isu nasional agar bisa disolusikan bersama-sama dengan negara anggota lainnya.

Di luar isu utama mengenai pemulihan ekonomi pasca hantaman COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia, dengan jabatan sebagai presidensi G20 nanti, Indonesia juga bisa menunjukan komitmennya untuk mensolusikan isu strategis global lainnya yakni isu ekonomi hijau (green economy).

Pentingnya Implementasi Ekonomi Hijau

Isu tentang ekonomi hijau sendiri mulai menyeruak ke permukaan karena timbulnya kesadaran dari berbagai negara akan pentingnya menjaga lingkungan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Bentuk konkrit dari kesadaran tersebut tertuang dalam Persetujuan Paris, di mana dalam persetujuan tersebut ratusan negara termasuk Indonesia berkomitmen untuk menahan laju peningkatan temperatur global di bawah 2 derajat celcius guna mengurangi dampak negatif perubahan iklim dengan target net zero emission di tahun 2050.

Baca juga: Dana Perubahan Iklim Sangat Mahal, Kemenkeu Butuh Bantuan Global

Pentingnya mewujudkan Ekonomi Hijau tersebut semata-mata didasari oleh dampak negatif yang akan terjadi di masa depan apabila kita tidak memperhatikan isu lingkungan.

Berdasarkan kajian dari Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), adanya kenaikan temperatur global selama 2 derajat celcius per tahun mampu menurunkan hasil perikanan laut per tahun mencapai 3 juta ton dan juga penurunan hasil panen sebesar 7 persen per tahun.

Tidak hanya itu, kenaikan temperature global tersebut juga berisiko menaikan kenaikan permukaan laut dan mempercepat kepunahan tanaman, hewan hingga terumbu karang.

Banyaknya ancaman tersebut membuat seberapa besar raihan pertumbuhan ekonomi yang diraih akan menjadi sia-sia karena alam yang sudah terlanjur mengalami kerusakan.

Langkah nyata banyak negara di dunia dalam menurunkan tingkat emisinya tercermin dari mulai dialihkannya sumber energi negara tersebut dari Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak terbarukan menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com