Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Klaster PTM, Luhut: Kita Lebih Ngeri kalau Generasi Akan Datang Jadi Bodoh...

Kompas.com - 28/09/2021, 07:31 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, permasalahan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) selama masa pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan. Namun, menurut dia, masalah-masalah tersebut bisa dikendalikan.

Luhut mengaku lebih mengkhawatirkan generasi muda yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak.

Hal tersebut ia ungkapkan dalam keterangan pers hasil rapat terbatas mengenai PPKM secara virtual.

Baca juga: Mobilitas Masyarakat Selama PPKM Mulai Tinggi, Luhut Ingatkan Tetap Waspada

"Masalah pendidikan tadi, kami tidak melihat masalah-masalah yang tidak bisa dikendalikan. Saya kira sistem yang dibangun Kementerian Kesehatan dengan Kemendikbud, saya kira sudah paten, sudah bagus," ucapnya dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, dikutip pada Selasa (28/9/2021).

"Bahwa ada tantangan di sana sini, yes, tapi kita lebih takut dan ngeri lagi kalau generasi yang akan datang menjadi tidak berpendidikan dan menjadi bodoh," sambung Luhut.

Luhut pun bercerita, saat masih berseragam militer, bahwa dalam melakukan operasi militer selalu ada risiko. Itulah yang diterapkan dalam penanganan pandemi Covid-19 bersama kementerian lainnya.

"Dalam operasi militer selalu saya katakan calculated a risk, apa pun yang kita lakukan ini adalah calculated a risk, tentu ada risikonya. Tetapi, sangat lebih besar risikonya kalau sekolah ini tidak jalan, itu merusak generasi kita yang akan datang," kata dia.

Dalam ratas tersebut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim meluruskan sejumlah kesalahpahaman terkait isu klaster pembelajaran tatap muka terbatas yang saat ini beredar di masyarakat.

Isu mengenai adanya klaster penularan akibat pembelajaran tatap muka terbatas yang mencapai 2,8 persen satuan pendidikan dalam satu bulan terakhir itu dibantah olehnya. Sebab, menurut dia, klaster 2,8 persen merupakan data kumulatif sejak Juli 2020, bukan data per satu bulan.

Klarifikasi berikutnya, penularan Covid-19 belum tentu terjadi di satuan pendidikan. Nadiem menuturkan, persentase tersebut bukan data klaster, melainkan data jumlah sekolah yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular Covid-19.

"2,8 persen dari sekolah yang dilaporkan oleh sekolahnya ada yang (terkena) Covid-19, itu pun belum tentu mereka melaksanakan PTM," ujarnya.

Isu mengenai 15.000 murid dan 7.000 guru yang terkonfirmasi positif selama PTM terbatas ditegaskan bukan berasal dari satuan pendidikan yang belum diverifikasi.

"Itu berdasarkan laporan data mentah yang ternyata banyak sekali erornya. Contohnya, banyak sekali yang melaporkan jumlah positif Covid-19 melampaui daripada jumlah murid di sekolah–sekolahnya," katanya.

Baca juga: Wacana Luhut Jadikan PeduliLindungi Jadi Alat Pembayaran Digital

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com