Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Hari Batik Nasional, Sandiaga Uno Dorong Pengembangan Industri Batik

Kompas.com - 02/10/2021, 15:30 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober 2021 melalui kegiatan virtual yang digelar Mitra Seni Indonesia (MSI) bertema ‘Batik Sekitar Kita’.

Dalam kesempatan ini, Sandiaga mengatakan, batik Indonesia telah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of The Oral and Intagible Heritage of the Humanity).

Maka dari itu, potensi tersebut tidak hanya perlu dilestarikan saja, tapi juga dikembangkan.

Baca juga: Indonesia Ikut Tokyo Game Show, Sandiaga Uno: Harapan Kami, Games Jadi Pandemic Winner...

“Keputusan UNESCO tersebut dilatarbelakangi, Batik Indonesia terkait erat dengan banyak symbol yang bertautan erat dengan status sosial, kebudayaan, lokal, alam dan sejarah. Maka dari itu, batik tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga harus dikembangkan bersama, agar nilai ekonomi-nya juga meningkat,” kata Sandiaga melalui siaran pers, Sabtu (2/10/2021).

Sandiaga juga mengatakan, batik merupakan hasil kerajinan dengan nilai seni tinggi yang menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama, yaitu sekitar abad ke-4, terutama di Pulau Jawa.

Di sisi lain, batik juga mempunyai sejarah panjang, dimana setiap corak atau motifnya mengandung filosofi atau makna yang begitu erat dengan nilai-nilai kehidupan.

“Sejak ditetapkannya Batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, maka pemerintah telah menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan Hari Batik Nasional merupakan usaha Pemerintah meningkatkan Martabat Bangsa Indonesia dan Citra Positif Indonesia di Forum Internasional, serta menumbuhkan kecintaan dan rasa bangga terhadap kebudayaan bangsanya,” tambah dia.

Baca juga: Kisah Arif Membawa Batik Warisan Budaya Indonesia ke Mancanegara Bersama Shopee

Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yanti Airlangga Hartarto menyampaikan, World Craft Council telah menetapkan D.I Yogjakarta sebagai World Batik City.

Dengan pengakuan international tersebut, maka pengembangan batik perlu dilakukan untuk memenuhi selera pasar, baik pasar domestik maupun internasional.

“Kita patut bersyukur atas pengakuan dunia tersebut, maka itu kita harus dapat menjaga, melestarikan, dan mengembangkannya. Dengan pengembangan batik melalui bahan baku, motif, fungsi, desain dan pewarnaan alam, diharapkan dapat memenuhi selera pasar, baik pasar domestik maupun internasional,” ujat Yanti Airlangga.

Ketua Umum Mitra Seni Indonesia Sari Ramdani berharap, kecintaan akan batik bisa diwariskan kepada generasi milenial dengan cara mengenakan batik dalam berbagai aktivitas.

Apalagi dengan kondisi pandemi saat ini, di mana banyak industri yang terpukul, utamanya para pengrajin batik.

Baca juga: Pamerkan Batik hingga Tas Kulit di Afrika, UMKM Jabar Bidik Pasar Namibia

“Masa pandemi ini kita prihatin atas berkurangnya pendapatan para perajin batik karena sulitnya pemasaran, karena itu kita wajib peduli untuk membantu menggerakan perajin dengan membeli produk mereka,” ujar Sari.

Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin mengatakan, hampir 80 persen lebih UMKM Batik Indonesia sempat terhenti berproduksi sebagai akibat Pandemi dan sulitnya pemasaran.

Bahkan, untuk sementara waktu banyak kalangan perajin batik yang beralih profesi.

“Banyak perajin batik yang beralih profesi, bahkan ada sebagian perajin di suatu daerah yang sempat berhenti berproduksi,” tambah Komarudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com