Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nasihin Masha
Pegiat Literasi

Pemerhati dan pegiat literasi. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Republika.  

Demi Petani, Gobel Menyusuri Belarusia

Kompas.com - 29/10/2021, 16:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAMBIL membantu mengencangkan baju khusus untuk memasuki pertambangan bawah tanah potasium di Soligorsk, Belarusia, Sergei berucap, “Kalian orang-orang pemberani.”

Kalimat itu tentu menyentak. Apa yang perlu ditakutkan?

“Dia belum tahu orang Indonesia adalah orang-orang yang nekat,” kata Rachmat Gobel.

Sugeng Suparwoto menimpali, “Tanpa modal nekat, Indonesia bisa tidak merdeka. Para pejuang kita hanya bermodalkan bambu runcing.”

Siligorsk sekitar 2,5 jam perjalanan dengan bus dari Minsk, ibu kota Belarusia.

Sabtu, 23 Oktober 2021, Gobel memimpin delegasi parlemen Indonesia, memasuki pertambangan bawah tanah di kedalaman 575 m.

Gobel, Wakil Ketua DPR RI, didampingi Sugeng (Ketua Komisi VII DPR RI), Heri Gunawan (anggota Komisi XI DPR RI), dan Ratih Megasari Singkarru (anggota Komisi X DPR RI).

Selain itu, ikut pula Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam, Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmat Pribadi, dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Jose Tavares.

Ada 17 orang yang ikut turun ke bawah tanah. Selain menggunakan baju dan celana tebal yang tahan gores, mereka juga mengenakan sepatu kulit tebal, helm proyek, lampu kepala, dan tabung oksigen untuk cadangan.

Satu orang staf lokal KBRI Moskwa tak bisa melanjutkan karena mengalami pusing-pusing.

Lorong potasium

Sebelum memasuki lift ke bawah tanah, rombongan dibawa ke ruangan berpintu baja dengan tekanan ruangan yang mulai disesuaikan dengan kondisi di bawah tanah. 

Lift memiliki kecepatan 9 m per detik. Pertambangan ini sebetulnya punya kedalaman hingga 1.000 m di bawah tanah, tetapi rombongan hanya dibawa ke kedalaman 575 m.

Setelah sampai di lantai yang dituju, rombongan harus menaiki kendaraan semacam mobil hammer hingga sejauh 7 km.

Lorong gelap yang berukuran pas satu mobil itu dalam jarak tertentu diberi penerangan listrik. Ada banyak belokan dan cabang lorong.

Di dinding lorong terlihat lapisan tanah warna merah daging. Batuan keras. Ada kerlip mirip kilauan batu granit.

Hingga kemudian mobil berhenti. Di ujung lorong ada lorong melintang, pertigaan berbentuk T.

Gobel harus naik tangga menuju lorong itu. Terbentang rel. Di salah satu ujungnya teronggok sebuah mesin di atas rel dengan satu sisi depannya terdapat silinder besar bergerigi. Itulah mesin penggerus batuan potasium.

Rupanya batuan keras berwarna merah daging dengan kerlip mirip batu granit itu merupakan batuan potasium.

Pemandu yang menjadi penerjemah, menerangkan bahwa batuan itu mengandung garam. Gobel dibolehkan menjilat. Kami semua mencobanya. Asin. Rupanya salah satu faktor berkilaunya batuan itu karena mengandung garam.

Rachmat Gobel saat berada di tambang bawah tanah potasium di Soligorsk, Belarusia, Sabtu (23/10/2021).DOK PRIBADI/NASIHIN MASHA Rachmat Gobel saat berada di tambang bawah tanah potasium di Soligorsk, Belarusia, Sabtu (23/10/2021).

Lalu petugas dari Belaruskali, perusahaan pengelola pertambangan potasium tersebut, mendemonstrasikan pengeboran pertambangan. Batuan keras itu seolah renyah saja. Rontok.

Bagi Belarusia, Indonesia adalah pengimpor potasium terbesar keempat. Impor itu dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim. Potasium adalah salah satu bahan untuk membuat pupuk, yaitu Kalium (K),sering dunakan menjadi pupuk majemuk NPK (Nitrogen, Phosphat, Kalium).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com