Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Cuaca Ekstrem, Mentan Minta Kepala Daerah Persiapkan Stok Pangan untuk Kemarau Panjang

Kompas.com - 04/11/2021, 17:52 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengingatkan adanya cuaca ekstrem yang baru-baru ini terjadi di Indonesia.

Pasalnya, dengan cuaca ekstrem tersebut diprediksikan bakal mengalami kemarau panjang pada tahun 2022.

"Kita dihadapkan anomali cuaca yang ekstrem, sangat ekstrem. Baru panas, tiba-tiba hujan. Begitu hujan langsung banjir. Gejala seperti La Nina ini biasanya saya punya pengalaman, banjir itu prediksinya sampai Februari, langsung kemarau panjang itu," ucap Syahrul dalam Pengembangan Hilirisasi dan Ekspor Pangan Lokal yang ditayangkan secara virtual, Kamis (4/11/2021).

Baca juga: Mentan Syahrul Sebut Provinsi Bali Jadi Simbol Pertanian Maju

"Selalu begitu, kalau banjir langsung kemaraunya akan parah. Pertanian siap enggak? Kita sudah simpan makanan enggak?" imbuh dia.

Karena keresahan tersebut, Syahrul meminta langsung kepada para kelapa daerah di Jawa Timur yang hadir secara fisik dalam acara Hilirisasi dan Ekspor, untuk mulai menyiapkan stok pangan jelang kemarau panjang yang diperkirakan akan terjadi tahun depan.

"Untuk para gubernur dan pak bupati saya berharap, stok logistik harus dipersiapkan dalam dua tahun," pinta dia.

Namun begitu, Syahrul yang kini menjabat sebagai Ad Interim Menteri Perindustrian, KKP, dan juga Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memastikan, ketersediaan stok beras akan bisa bertahan hingga 2 tahun kedepan.

"Saya lagi berproses ini. Saya masih ada sampai detik ini di atas 10 juta ton beras dan kita harus siap sampai dua tahun enggak ada masalah," ujar dia.

Baca juga: Perkuat Hilirisasi, Mentan Lepas Ekspor Olahan Singkong dan Kopi

Untuk mengatasi kekurangan stok beras, ia menyarankan agar mencari pengganti pangan tersebut, yakni menggunakan padi gogo yang dapat tumbuh pada lahan yang kering.

Berbeda dengan padi di sawah yang hanya mampu bertahan dan panen ketika musim penghujan.

"Karena anomali seperti ini harus pintar mencari varietas yang tahan air dalam rendaman dan ada varietas pada gogo yang tahan kemarau panjang. Kita harus melakukan embung-embung yang ada untuk meresevoir menjadi cadangan," kata Syahrul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com