Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Bio Farma: Ada Potensi Harga Tes PCR Bisa Turun dari Rp 275.000

Kompas.com - 09/11/2021, 17:19 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, masih ada ruang untuk harga tes PCR bisa turun lagi dari harga saat ini yang sebesar Rp 275.000 per tes. Seperti diketahui, harga itu ditetapkan pemerintah untuk wilayah Jawa-Bali.

"Kami berkeyakinan masih punya ruang untuk bisa menurunkan harga ini," ujarnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Meski demikian, pihaknya belum bisa memastikan seberapa besar potensi penurunannya, sebab masih diperlukan perhitungan yang mendetail. Tetapi Honesti memastikan ada biaya-biaya yang masih bisa ditekan.

Baca juga: Dirut Bio Farma Buka-Bukaan Terkait Harga Tes PCR yang Terus Turun

"Tapi soal turunya berapa persen, kami masih butuh exercise, karena ini menyangkut kapasitas produksi kami. Ini kan soal volume sangat menentukan, sampai volume berapa yang optimal untuk penurunan biaya ini bisa dilakukan," jelas Honesti.

Menurutnya, Bio Farma tengah berupaya untuk harga tes PCR yang lebih murah, salah satunya dengan BioSaliva. Alat tes Covid-19 produksi Bio Farma ini dilakukan dengan metode kumur yang kemudian dimasukkan ke wadah.

Honesti meyakini, pemeriksaan PCR dengan BioSaliva ini lebih mudah dan nyaman bagi pengguna. Terlebih tenaga kesehatan tak perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam tes ini, sebab sampel tidak diambil oleh mereka.

Sehingga harga tes PCR bisa semakin ditekan karena penggunaan APD yang berkurang, serta dibarengi peningkatan jumlah sampel sebab tes bisa dilakukan oleh banyak orang sekaligus.

Baca juga: Dilaporkan ke KPK Karena Dituding Punya Bisnis PCR, Luhut Tak Gentar

"Contohnya produk BioSaliva, itu menurunkan biaya APD, karena tidak perlu APD lagi. Itu juga bisa dilakukan secara massal, jadi kan akan dapat volume. Tapi kami belum serinci itu untuk menghitung semua implikasinya ke biaya," paparnya.

Meski demikian, ada komponen lain yang tentu biaya tak bisa diturunkan, seperti bayaran bagi tenaga kesehatan (nakes). Sehingga pihaknya mengusahakan penekanan pada biaya-biaya lainnya.

"Memang ada beberapa biaya yang tidak bisa kita turunkan, seperti biaya nakes. Itu kan karyawan kami, ada peraturan menggaji mereka pada level tertentu," kata Honesti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com