BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sinar Mas Agri

Adaptasi dengan Pandemi, Praktik Keberlanjutan Industri Kelapa Sawit Manfaatkan Teknologi

Kompas.com - 17/11/2021, 17:03 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Wahyu Wigati Wijayanti menghela napas lega. Hari itu, cuaca di tempat tinggalnya di Bogor, Jawa Barat, cenderung cerah tanpa hujan. Artinya, dia bisa menikmati jaringan internet dengan lancar.

Sejak pandemi Covid-19 menghantam dunia, termasuk Indonesia, pada Maret 2020, jaringan internet menjadi andalan Wahyu untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Meski sesungguhnya, pekerjaannya menuntut dia untuk terjun langsung ke lapangan.

Bersama timnya dalam Supplier Compliance Department di Sinar Mas Agribusiness and Food, Wahyu bertanggung jawab memastikan pelaku industri kelapa sawit yang menjadi pemasok minyak sawit mentah (CPO) serta minyak inti sawit (PKO) ke perusahaan agar memahami dan menerapkan prinsip sustainability atau keberlanjutan berdasarkan Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR (KSLG).

Untuk diketahui, Golden Agri-Resources (GAR) merupakan induk perusahaan Sinar Mas Agribusiness and Food.

Adapun Sinar Mas Agribusiness and Food merupakan salah satu perusahaan perkebunan sawit terbesar di dunia yang berfokus pada produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan.

Di Indonesia, Sinar Mas Agribusiness and Food melakukan budidaya dan pemanenan kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO dan PKO, penyulingan CPO menjadi produk dengan nilai tambah, seperti minyak goreng, margarin, shortening, dan biodiesel, serta perdagangan produk turunan minyak kelapa sawit ke seluruh dunia.

Pada 2020, perusahaan tercatat memiliki 425 pemasok pabrik kelapa sawit (PKS) yang tersebar di lebih dari 100 kabupaten di Indonesia.

(Baca juga: Petani-petani "Sakti" di Lahan Sawit…)

Demi menjaga KSLG diterapkan sesuai standar, Wahyu melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhadap para PKS secara teratur. Pekerjaan yang belum banyak orang ketahui ini mengambil peran penting dalam rantai pasok industri kelapa sawit.

Wahyu menjelaskan, dia bersama tim biasanya berkunjung ke 20 PKS dalam satu tahun.

“Penilaian di lapangan biasanya berlangsung selama tiga sampai empat hari,” ujar wanita yang menjabat sebagai Head of Supplier Compliance itu kepada Kompas.com, Rabu (13/10/2021).

Namun, sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona, agenda kunjungan terpaksa dihentikan. Di sisi lain, penilaian tetap harus berjalan. Pandemi tidak menjadi alasan untuk mengabaikan prinsip keberlanjutan. Dengan begitu, prinsip keberlanjutan tetap berjalan dengan semestinya.

Perkebunan kelapa sawitSinar Mas Agribusiness and Food Perkebunan kelapa sawit

Oleh sebab itu, Supplier Compliance Department kemudian menginisiasi program SMART Remote Engagement, Assessment and Conference (call) from Home (REACH) melalui aplikasi video conference.

(Baca juga: Genjot Produksi Kelapa Sawit, Sinar Mas Agribusiness and Food Terus Maksimalkan Penggunaan Teknologi)

Perubahan metode kunjungan lapangan menjadi pemantauan secara online merupakan tantangan tersendiri bagi Wahyu dan tim.

“Teknologi video conference merupakan hal baru bagi sejumlah PKS. Semula, kami pun merasa gagap menggunakan teknologi itu untuk melakukan penilaian. Namun, kami harus beradaptasi dengan situasi pandemi,” jelas Wahyu.

Mengadaptasi teknologi dan menghadapi tantangannya

Dengan sabar, Wahyu serta tim yang terdiri dari Nugroho, Regina, dan Ayu, pun mendampingi PKS untuk belajar mengoperasikan aplikasi video conference, termasuk dalam memanfaatkan fitur berbagi file atau layar (share screen).

Kendala lain yang juga dihadapi Wahyu adalah jaringan internet. Jika cuaca sedang buruk, sinyal internet terganggu.

Untungnya, Supplier Compliance Department merupakan tim yang solid. Ketika salah satu di antara mereka terkendala sinyal, anggota tim lain akan segera mem-backup jalannya SMART REACH.

Tak hanya tim Supplier Compliance Department, para PKS, terutama yang berlokasi di daerah pelosok, pun kerap dihadapkan pada masalah serupa.

Kegiatan SMART REACH dengan salah satu pemasok kelapa sawitSinar Mas Agribusiness and Food Kegiatan SMART REACH dengan salah satu pemasok kelapa sawit

Oleh sebab itu, mereka seringkali harus menuju pusat kota demi mendapatkan jaringan sinyal yang lebih stabil.

“SMART REACH biasanya sudah diagendakan sejak jauh hari. Dengan begitu, para PKS bisa mempersiapkan kestabilan jaringan internet terlebih dahulu, misalnya dengan pergi ke pusat kota,” cerita Wahyu.

Wahyu mengakui, kendala-kendala tersebut terbilang masih dalam tahap wajar dan bisa diatasi. Di sisi lain, SMART REACH justru memberikan banyak manfaat bagi Sinar Mas Agribusiness and Food dan para PKS.

Pada awalnya, lanjut Wahyu, SMART REACH sekadar program adaptif pandemi yang menjadi alternatif kegiatan kunjungan ke lapangan. Namun, program ini ternyata memberi manfaat yang lebih besar dibandingkan kunjungan tersebut.

Assessment yang kami lakukan menjadi lebih efisien dari segi tenaga, waktu, dan biaya,” kata Wahyu.

Dia mencontohkan, selama periode Maret 2020 hingga September 2021, timnya berhasil melakukan assessment melalui SMART REACH terhadap sekitar 60 PKS. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan total kunjungan langsung ke lapangan dalam periode yang sama.

Selain itu, lewat SMART REACH, pihaknya pun bisa menjangkau seluruh divisi atau bagian PKS dan kebun sekaligus.

“Ketika berkunjung ke lapangan, biasanya kami hanya didampingi satu atau dua orang,” ujar Wahyu

Sementara itu, melalui SMART REACH, seluruh pihak, mulai dari mill manager, estate manager, perwakilan serikat pekerja, tim sustainability, hingga human resource development (HRD) PKS dan kebun tersebut, bisa bergabung dalam video conference.

Dengan begitu, seluruh pemangku kepentingan PKS akan memahami persyaratan keberlanjutan terkini, kendala, dan rekomendasi solusi atau rencana aksi dari permasalahan yang mereka hadapi terkait sustainability.

(Baca juga: Buktikan Peduli Lingkungan, Generasi Milenial Bisa Apa?)

Sebelum mengagendakan SMART REACH, Wahyu dan tim akan mengirimkan supplier self-assessment berupa daftar pertanyaan mengenai langkah penerapan prinsip sustainability yang harus dipenuhi PKS. Data tersebut kemudian dikirimkan kembali kepada Wahyu untuk ditinjau.

“Mengacu pada isian tersebut, kami akan meminta PKS untuk mempersiapkan data pendukung, seperti berkas administrasi, foto, atau video yang tersedia di PKS,” tutur Wahyu.

Wanita berkacamata itu menjelaskan, data pendukung bisa dikirimkan sebelum atau ditunjukkan pada saat SMART REACH berlangsung. Pada waktu itu, Wahyu serta tim akan memverifikasi daftar isian dan data pendukung yang dikirimkan melalui proses diskusi interaktif dengan pemasok.

Melalui proses tersebut, pihaknya akan mendapatkan gambaran lengkap mengenai penerapan prinsip sustainability di rantai pasok Sinar Mas Agribusiness and Food, termasuk aspek-aspek yang belum terpenuhi sehingga memerlukan eksplorasi dan rencana aksi lebih lanjut.

Beragam masalah dan tantangan di lapangan pun menjadi bahan diskusi antara para PKS dan tim penilaian.

Pengangkutan tandan buah segar kelapa sawitSinar Mas Agribusiness and Food Pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit

Misalnya, pemenuhan program Kemamputelusuran hingga ke Kebun Pemasok TBS atau Traceability to Plantation (TTP) dan aspek sosial.

Sebagai informasi, TTP merupakan kewajiban yang diminta oleh Sinar Mas Agribusiness and Food dan harus dipenuhi oleh pemasok. Namun, dalam pelaksanaannya, pemasok masih memerlukan bimbingan.

Oleh sebab itu, pelaksanaan program SMART REACH juga memerlukan koordinasi dengan Tim Traceability perusahaan guna memberikan penjelasan lebih detail terkait inisiatif ini.

Sementara itu, dalam aspek sosial, beberapa pemasok belum familier dengan prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa). Meski demikian, para pemasok telah mempraktikkan pendekatan tersebut.

Masalah lain yang juga kerap timbul adalah adanya pemasok yang belum bisa memenuhi kewajiban sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan memahami perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK).

Guna mencari solusi atas masalah tersebut, Wahyu berkoordinasi dengan Departemen Supplier Engagement and Development di Sinar Mas Agribusiness and Food. Tindak lanjut yang dijalankan, misalnya dengan menjadwalkan program pendampingan atau pelatihan intensif kepada para PKS.

(Baca juga: Lewat Program PSR, Sinar Mas Agribusiness and Food Berusaha Tingkatkan Produktivitas Sawit Petani)

Selama pandemi, Sinar Mas Agribusiness and Food telah menggelar sekitar 20 webinar untuk PKS pemasok melalui program SMART SPOT (Sustainable Palm Oil Training). Webinar ini mengangkat tema yang sesuai dengan kesenjangan (gap) yang tertangkap dari hasil penilaian.

“Ke depan, kami akan mengombinasikan kunjungan lapangan dan online assessment melalui SMART REACH. Dengan begitu, pemantauan penerapan prinsip sustainability bisa berjalan lebih efektif, efisien, cepat dan mudah,” imbuh Wahyu.

Empat pilar sustainability

Dalam sesi wawancara, Wahyu turut menjelaskan empat pilar KSLG dalam mewujudkan masa depan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Secara umum, KSLG mengakomodasi kebijakan Nol Deforestasi, Nol Gambut, dan Nol Eksploitasi atau No Deforestation, No Peat and No Exploitation (NDPE).

Adapun pilar pertama KSLG adalah pengelolaan lingkungan. Kebijakan ini menekankan pada upaya pencegahan pembukaan area yang memiliki nilai konservasi tinggi (NKT) dan stok karbon tinggi (SKT), serta lahan gambut untuk kebun sawit.

Selain itu, pilar itu juga berkomitmen pada nihil pembakaran atau zero burning, peningkatan produktivitas, pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan pengelolaan limbah, dan penghematan energi.

(Baca juga: Ini Strategi Sinar Mas Agribusiness and Food Cegah Kebakaran Hutan)

Untuk diketahui, berkat keberhasilan penerapan kebijakan NDPE oleh PKS Indonesia, Sinar Mas Agribusiness and Food telah membantu upaya pemerintah dalam mengurangi laju deforestasi di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia berhasil menurunkan deforestasi sebesar 75,03 persen pada periode 2019-2020 hingga berada pada angka 115,46 ribu hektare (ha).

Angka itu menurun signifikan dibandingkan deforestasi pada 2018-2019 yang mencapai 462,46 ribu ha.

Pilar kedua adalah keberperanan sosial dan komunitas (community engagement). Melalui pilar ini, lanjut Wahyu, Sinar Mas Agribusiness and Food senantiasa menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM).

Dengan komitmen itu, perusahaan secara aktif membangun komunikasi dengan masyarakat lokal, khususnya terkait pemindahan hak penggunaan lahan untuk perkebunan sawit dengan mengacu pada ketentuan Padiatapa.

Pemanenan kelapa sawitSinar Mas Agribusiness and Food Pemanenan kelapa sawit

Konsep yang diusung dari Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat (UNDRIP) itu bertujuan untuk memastikan adanya persetujuan (consent) masyarakat lokal terkait penggunaan lahan untuk industri kelapa sawit.

“Penggunaan lahan masyarakat untuk industri kelapa sawit harus dilakukan dengan persetujuan pemilik lahan tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun,” ujar Wahyu.

Pilar ketiga adalah hubungan industrial dan ketenagakerjaan. Sinar Mas Agribusiness and Food berupaya untuk memastikan seluruh lini operasional, termasuk rantai pasok, memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan ketenagakerjaan.

Selain itu, seluruh lini operasional juga harus sesuai dengan praktik kerja internasional yang belum memiliki kerangka hukum, misalnya deklarasi International Labour Organization (ILO). Adapun deklarasi ini mengedepankan prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat kerja.

Prinsip tersebut mencakup larangan pekerja anak, kerja paksa, perekrutan yang beretika, serta hak-hak pekerja lain, seperti upah, jam kerja, akses ke pendidikan, dan kebebasan berserikat dan lainnya.

“Kami juga mendorong agar aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) senantiasa menjadi perhatian utama para pelaku usaha, khususnya pemasok kami,” kata Wahyu.

(Baca juga: Orangutan Terus Jadi Korban, Pebisnis Sawit Wajib Taat Aturan!)

Pilar berikutnya yang juga menjadi poin penting adalah pasar dan rantai pasok (marketplace and supply chain).

Dalam pilar itu, Sinar Mas Agribusiness and Food mengedepankan aspek kemamputelusuran (traceability) guna mengetahui dan memastikan rantai pasok industri kelapa sawit secara menyeluruh, mulai dari PKS hingga ke kebun petani.

“Aspek traceability memungkinkan perusahaan mengetahui asal-usul kelapa sawit yang akan diolah, bahkan hingga rantai pasok yang paling awal, yakni petani,” ujar Wahyu.

Dengan begitu, Sinar Mas Agribusiness and Food dan para PKS pemasoknya dapat memberikan dukungan lebih lanjut kepada small holder atau petani swadaya dalam penerapan praktik perkebunan yang baik (good agriculture practices).

Tandan buah segar kelapa sawitSinar Mas Agribusiness and Food Tandan buah segar kelapa sawit

Sebagai informasi, keempat pilar KLSG tersebut diadaptasi dari peraturan dan perundangan serta prinsip dan kriteria sertifikasi internasional yang relevan, seperti ISPO dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Sertifikasi ISPO merupakan salah satu langkah nyata pemerintah untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia.

Upaya tersebut dilakukan dengan mewajibkan pelaku industri kelapa sawit untuk mematuhi legalitas, menerapkan praktik perkebunan yang baik, serta melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati.

(Baca juga: Jangan Biarkan Hutan Jadi Kenangan!)

Lewat ISPO, pemerintah juga mendorong pelaku industri kelapa sawit untuk bertanggung jawab dalam aspek ketenagakerjaan, sosial, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, menerapkan prinsip transparansi, serta senantiasa melakukan peningkatan secara berkelanjutan.

Sementara itu, RSPO merupakan lembaga penyusun standar pengelolaan lahan kelapa sawit yang ramah sosial dan lingkungan di tingkat internasional.

Lembaga tersebut beranggotakan perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), termasuk yang berada di Indonesia.

Mereka berkomitmen penuh untuk mempromosikan produksi serta konsumsi minyak sawit yang mengusung keseimbangan di antara people (social atau masyarakat), planet (lingkungan), dan prosperity (kesejahteraan).

Dengan komitmen bersama dan penerapan kebijakan keberlanjutan serta dukungan penuh pemerintah, Wahyu meyakini bahwa keberlanjutan dalam industri kelapa sawit dapat tercapai serta keseimbangan antara people, planet, dan prosperity akan terwujud.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com