Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Jokowi dan Sri Mulyani Kompak Kesal Belanja Pemda Selalu Lelet

Kompas.com - 26/11/2021, 09:22 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belanja pemerintah daerah kerap menjadi sorotan pemerintah pusat, utamanya ketika pandemi Covid-19.

Kekesalan itu muncul ketika Jokowi melihat dana Pemda yang menganggur di bank kembali meninggi, yakni mencapai Rp 226 triliun.

Dana menganggur ini lebih besar dibanding akhir September 2021 yang sebesar Rp 194,12 triliun.

Baca juga: Serapan Belanja Paling Cepat, Sri Mulyani Sanjung Sulawesi Tenggara

Simpanan dana Pemda ini juga naik Rp 15,16 triliun atau 8,47 persen dari posisi Agustus 2021.

Jokowi jengkel karena tahun 2021 tinggal sebulan lagi. Seharusnya dana tersebut digunakan hingga akhir tahun untuk kepentingan masyarakat dan pembangunan di wilayah masing-masing.

"Saya harus ngomong apa adanya, masih ada tadi pagi (uang Pemda di bank). Ini sudah akhir November, tinggal sebulan lagi. Tidak turun justru naik," tegas Jokowi dalam Rakornas dan Anugerah Layanan Investasi 2021, Rabu (24/11/2021).

Jokowi meminta Pemda menghabiskan anggaran sebelum sibuk mengejar investasi. Menurut dia, investasi adalah sumber dana kedua setelah APBD untuk memberdayakan daerah.

Bila dana yang berasal dari dua sumber itu terealisasi dengan baik, maka multiplier effect-nya pun akan tercipta.

Baca juga: Anggaran Melimpah, Pemda Justru Makin Lelet Belanja

"Ini perlu saya ingatkan, uang kita sendiri saja tidak digunakan, kok ngejar orang lain untuk uangnya masuk. Logikanya enggak kena," beber Jokowi.

Selang sehari setelahnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut hal serupa.

Dana pemda yang mengendap di bank lebih tinggi dibanding posisi bulan Mei yang mencapai Rp 172 triliun, dan bulan Juli sebesar Rp 173 triliun.

Dana menganggur ini sedikit banyak berpengaruh pada belanja pemerintah daerah. Tercatat, belanja Pemda terkontraksi -2,21 persen hingga Oktober 2021. Dari pagu Rp 1.223 triliun, belanja pemda baru mencapai Rp 689,7 triliun.

"Realisasi belanja APBD memang mengalami perlambatan dan ini merupakan masalah yang cukup serius. Belanja turun 2,21 persen, pada saat pemerintah ingin melalukan dukungan terhadap pemulihan ekonomi melalui belanja baik pusat dan daerah," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Belanja Pemerintah Bantu Genjot Penyaluran Pinjaman Investree

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, belanja APBD yang baru terealisasi setengahnya berpotensi mengerek tinggi SILPA di akhir tahun.

Padahal, belanja tersebut harus dikeluarkan untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja perlindungan sosial.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com