Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri ESDM: 5 Tahun Terakhir, Investasi Energi Baru Terbarukan Global Naik 8 Kali Lipat

Kompas.com - 29/11/2021, 11:04 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan, nilai investasi energi baru terbarukan (renewable energy) secara global meningkat 8 kali lipat hingga tahun 2020.

"Masalah energi transisi yang diangkat dalam konvensi ini, merupakan salah satu tren global terutama dalam beberapa tahun belakangan ini, karena dunia sedang berusaha mengembangkan energi terbarukan untuk menekan emisi karbon," ujarnya dalam agenda The 2nd International Convention IOG, di Bali, Senin (29/11/2021).

"Usaha ini didukung oleh para investor, sehingga sejak tahun 2005 hingga 2020 nilai investasi dunia di sektor energi terbarukan meningkat 8 kali lipat, dari sekitar 61 miliar dollar AS pada tahun 2005 menjadi 501 miliar dollar AS pada tahun 2020," sambung Arifin.

Baca juga: Jokowi ke PM Inggris soal EBT: Kalau Hanya Ngomong Saja, Saya Juga Bisa

Malah kata Arifin, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2019 tidak menurunkan minat investasi. Gambaran agak berbeda ditunjukkan oleh sektor hulu migas.

"Kendati investasi global masih menunjukkan peningkatan, namun tidak setajam di sektor energi terbarukan. Bahkan pada saat pandemi Covid-19 kemarin, investasi sempat menurun," ucapnya.

Lebih lanjut ia menuturkan, Indonesia merupakan salah satu negara pendukung low carbon, dengan komitmen untuk mencapai emisi nol karbon yang ditargetkan hingga 2060. Bahkan melalui beberapa kebijakan, Pemerintah Indonesia sedang mengusahakan lompatan perubahan.

"Namun pada masa transisi energi ini, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain masalah reability energi baru dan terbarukan yang memerlukan teknologi untuk menjaga intermittency. Untuk itu peranan industri hulu migas yang rendah karbon diharapkan bisa menjadi energi pada masa transisi ini," kata dia.

Industri migas masih dibutuhkan

Arifin bilang, industri hulu migas yang rendah karbon merupakan visi dari industri fosil dalam era transisi ke depan. Namun di sisi lain, industri hulu migas, tidak akan serta merta ditinggalkan karena industri ini juga menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. Multiplier effect yang ditimbulkan oleh kegiatan ini, telah dirasakan sampai ke sektor-sektor pendukungnya.

"Kita melihat, penggunaan kapasitas nasional di sektor hulu migas cukup besar, baik dari sisi prosentase maupun nilainya. Sebagai contoh, pada tahun 2020 penggunaan kapasitas nasional sebesar 57 persen dengan nilai pengadaan sekitar 2,54 miliar dollar AS," sebutnya.

Baca juga: Berapa Biaya Pasang Panel Surya buat Rumah Tipe 36?

Berdasarkan hasil studi Universitas Indonesia (UI) atas dampak kegiatan usaha hulu migas tahun 2003-2017, multiplier effect industri hulu migas terus meningkat. Industri hulu migas yang pada mulanya didesain untuk menghasilkan manfaat berupa penerimaan negara secara maksimal, kemudian dikembangkan menjadi salah satu mesin penggerak kegiatan penunjangnya, seperti perbankan, perhotelan dan sebagainya.

Dalam perhitungan umum, setiap investasi sebesar 1 dollar AS, menghasilkan dampak senilai 1,6 dollar AS yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya. Selain memberikan dampak langsung, industri hulu migas terutama gas juga akan menjadi penyokong energi pada masa transisi. Selain untuk mendukung pertumbuhan permintaan energi, gas juga akan dikembangkan untuk menggantikan energi batuvbara yang lebih banyak menghasilkan karbon.

"Dengan posisinya tersebut, maka konsumsi gas di masa depan akan meningkat signifikan. Kementerian ESDM sejak tahun lalu berusaha memaksimalkan volume penyerapan gas di dalam negeri, antara lain melalui kebijakan harga khusus untuk sektor kelistrikan dan industri tertentu. Kebijakan ini tentu akan mendorong penambahan konsumsi gas," tuturnya.

Baca juga: YKLI: Kalau Mahal, Masyarakat Enggan Pakai EBT

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com