Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Juta Liter Reduktan Herbisida Rambah Pasar Malaysia

Kompas.com - 30/11/2021, 12:24 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia melalui PT Pandawa Agri Indonesia melepas ekspor 1 juta liter reduktan pestisida ke pasar Malaysia.

Ekspor ini merupakan ekspor lanjutan dari ekspor perdana pada bulan Maret lalu.

Adapun penggunaan campuran reduktan pada pestisida mengurangi dosis pestisida tunggal, tetapi masih memiliki efektivitas yang sama.

Baca juga: Wakil Mendag: Lebih 7000 Produk Ekspor ke Negara EFTA Tanpa Bea Masuk

Reduktan diklaim mampu mengurangi penggunaan pestisida sampai 50 persen sehingga memperkecil residu dan lebih ramah lingkungan.

"Alhamdulillah di masa sekarang terus berkembang hingga mendapat kontrak 1 juta liter reduktan untuk kami ekspor ke Malaysia," kata CEO PT Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa Putra Hadriyono dalam acara pelepasan ekspor reduktan pestisida, Selasa (30/11/2021).

Kukuh menjelaskan, peluang ekspor lebih dari 1 juta liter makin terbuka.

Terbukanya peluang ekspor reduktan herbisida ini juga dipengaruhi oleh melonjaknya harga pestisida di seluruh dunia.

Sepanjang tahun ini, harga pestisida sudah membumbung tiga kali lipat menjadi 12 dollar AS dari sebelumnya di kisaran 3-4 dollar AS.

Baca juga: Potensi Nilai Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang Capai 12 Juta Dollar AS

Di sisi lain, dunia masih memiliki ketergantungan impor produk pestisida dari China yang mencapai 60 persen.

"Kita berinovasi membuat reduktan di mana sekarang harga pestisida naik 3 kali lipat, dan banyak dunia sekarang sudah ingin menggunakan substitusi yang lebih ramah lingkungan. Jadi ini merupakan solusi dari kami," beber dia.

Kukuh berujar, perusahaannya mengekspor produk ke salah satu perusahaan multinasional penghasil minyak terbesar di Malaysia.

Bila berjalan lancar, ekspor ke Malaysia bisa meningkat sampai 2 juta liter reduktan pestisida.

Selain merambah pasar luar negeri, produk ini sudah merambah 25 perusahaan perkebunan besar Indonesia, termasuk Sinarmas dan grup-grup Djarum.

Baca juga: Perdagangan Internasional: Definisi Ekspor Impor dan Faktor Pendorong

Kukuh bilang, peluang ekspor makin terbuka lebar lantaran perusahaan sudah mendapat minat dari perusahaan multinasional yang menjadi distributor internasional mengirim ke ASEAN, Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.

"Jadi kami sedang dalam proses regulasi untuk bisa mendistribusi ke produk kami tidak hanya ke Malaysia tapi ke seluruh negara di ASEAN, Asia, Afrika, maupun Amerika latin," jelas dia.

Kukuh menjelaskan, reduktan herbisida sudah mampu mengurangi penggunaan pertisida sintetis sekitar 2 juta liter di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Kini, reduktan herbisida sudah digunakan di 1,5 juta hektar lahan pertanian di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Dari 25 perusahaan perkebunan besar yang menjadi mitra, produk tersebut sudah mengurangi pembiayaan pertisida mencapai Rp 40 miliar.

Baca juga: Kemendag: Ekspor-Impor Bisa Menjadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi 2022

"Kita sudah kurangi risiko paparan pestisida kepada lebih dari 5.500 tenaga penyemprot di perkebunan dan pertanian. Proses produksi bahkan bisa 200-400 kali lebih efisien dan lebih rendah energi dibanding pestisida pada umumnya," pungkas Kukuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com