Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Pandemi Jutaan Orang Jatuh Miskin, Harta Miliarder Kian Banyak

Kompas.com - 07/12/2021, 18:08 WIB
Mutia Fauzia

Penulis

Sumber CNN


 JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga riset World Inequality Lab menyebut, pandemi virus corona (Covid-19) kian memperparah kesenjangan kekayaan antara si kaya dan si miskin di berbagai negara di dunia.

Lembaga tersebut menyatakan, tahun lalu merupakan tahun yang paling menguntungkan bagi orang-orang terkaya di dunia. Menurut World Inequality Lab, penduduk terkaya dunia mengalami lonjakan kekayaan terbesar sepanjang sejarah sejak mereka melakukan pencatatan sejak tahun 1995.

Dilansir dari CNN, Selasa (7/12/2021), nilai kekayaan bersih penduduk terkaya dunia meningkat lebih dari 3,6 triliun dollar AS atau sekitar Rp 5.112 triliun (kurs Rp 14.200). Secara keseluruhan, porsi kekayaan para penduduk terkaya di dunia dalam kekayaan rumah tangga global meningkat 3,5 persen.

Di saat bersamaan, pandemi telah membuat 100 juta penduduk di dunia jatuh dalam jurang kemiskinan.

Baca juga: Maruf Amin: Kemiskinan Tak Bisa Dikurangi hanya dengan Bansos

Menurut data proyeksi Bank Dunia yang dikutip oleh analis World Inequality Lab, jumlah penduduk sangat miskin di dunia per tahun 2021 meningkat menjadi 711 juta.

Lebih banyak orang diperkirakan bakal jatuh miskin bila banyak negara maju di dunia tak menerapkan beragam kebijakan untuk membantali penduduknya agar tak jatuh ke jurang kemiskinan akibat pandemi Covid-19.

"Krisis Covid telah meningkatkan eksenjangan antara penduduk terkaya dunia dengan populasi penduduk lainnya," ujar Direktur World Inequality Lab Lucas Chancel.

"Namun, di negara kaya, pemerintah melakukan intervensi untuk mencegah peningkatan kemiskinan secara masal, dan di sisi lain hal itu tak berlaku untuk negara miskin," ujar dia.

Di tengah dampak pandemi yang kian memperdalam kesenjangan si kaya dan si miskin, kesenjangan sebenarnya telah terjadi sekian lama.

Laporan tersebut menjelaskan, deregulasi keuangan, privatisasi dan perpajakan yang kurang progresif di negara-negara kaya dan privatisasi skala besar di negara berkembang telah membantu meningkatkan kekayaan orang kaya dalam beberapa dekade terakhir.

Baca juga: WHO: Butuh Dana Rp 110 Triliun untuk Bantu Negara Miskin Lawan Varian Delta

Menurut World Inequality Lab, kesenjangan dunia kini mendekati level puncak di masa imperealisme Barat terjadi pada abad ke-20 awal.

Sebanyak 10 persen populasi penduduk terkaya dunia memegang kontrol atas 78 persen kekayaan di tahun 2021. Sementara itu, 50 persen penduduk yang masuk kategori miskin hanya memiliki 2 persen kekayaan dunia, dan 40 persen kelas menengah memegang kontrol atas 22 persen kakayaan dunia.

Bila dilihat berdasarkan pendapatan, 10 persen penduduk terkaya dunia berkontribusi terhadap 52 persen pendapatan global, sementara 50 persen penduduk termiskin hanya 8 persen, dan kelas menengah yang sebanyak 40 persen berkontribusi terhadap pendapatan global sebesar 39 persen.

Baca juga: Reformasi Sistem Perlindungan Sosial Jadi Strategi Pemerintah Cegah Kenaikan Angka Kemiskinan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com