KOMPAS.com - Bagi yang setiap hari berkendara di jalan raya, mungkin sudah familiar dengan garis marka jalan, baik yang berbentuk putus-putus maupun garis tanpa putus.
Pola garis ini memberikan informasi kepada pengendara kendaraan apakah bisa menyalip kendaraan di depannya atau tidak. Bentuk marka jalan lainnya yang cukup sering ditemui adalah pada perbedaan warna.
Warna marka jalan di Indonesia sendiri secara umum terbagi menjadi dua, yakni warna marka jalan putih sebagai warna jalan yang paling banyak ditemui, dan kedua adalah warna marka jalan berwarna kuning.
Lalu apa sebenarnya perbedaan warna marka jalan antara kuning dan putih?
Penentuan warna marka jalan rupanya dilakukan berdasarkan status kepemilikan dan pengelolaan jalan raya. Hal itu sesuai dengan Permenhub Nomor PM 67 Tahun 2018 Pasal 16 ayat (2).
Baca juga: Apa Perbedaan Dinar dan Dirham?
Warna marka jalan berwarna kuning adalah tanda untuk jalan nasional. Bagi yang belum tahu, jalan nasional adalah jalan jalan yang menjadi penghubung antar ibu kota provinsi.
Status jalan nasional juga diberikan pada jalan strategis nasional dan jalan tol, itu sebabnya marka jalan tol dicat berwarna kuning. Kewenangan jalan nasional berada di bawah Kementerian PUPR.
Artinya selama pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan jalan yang memiliki warna kuning berada di bawah pemerintah pusat melalui Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.
Marka jalan warna kuning ini membujur terdiri atas garis utuh, putus-putus, garis tanda yang terdiri dari garis utuh dan putus-putus, dan garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.
Jalan nasional adalah jalan yang dikelola oleh Kementerian PUPR yang meliputi 4 kelompok yakni jalan arteri primer, jalan kolektor primer (penghubung antar-ibu kota provinsi), jalan tol (bebas hambatan), dan jalan strategis nasional.
Baca juga: Penumpang Kereta Cepat Tujuan Bandung Harus Ganti KA di Padalarang
Jalan nasional ditandai dengan kode K1. Secara kasat mata, masyarakat bisa mengenali status jalan nasional lewat dua cara.
Pertama lewat papan penunjuk jalan yang biasanya dipasang di jalan yang mencantumkan status jalan tersebut. Cara kedua yakni dengan mengenali jenis marka jalan.
Merujuk pada PP Nomor 34 Tahun 2006, jalan provinsi adalah jalan kolektor yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota dalam satu provinsi tersebut (K2).
Selain itu, jalan provinsi juga bisa berupa jalan kolektor primer yang menghubungkan antar-ibu kota kabupaten/kota (K3). Jalan provinsi lainnya yakni jalan strategis provinsi.
Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, seluruh ruas jalan, kecuali jalan nasional, adalah berstatus jalan provinsi. Selain dari papan petunjuk jalan, jalan provinsi juga bisa dikenali dari marka jalan yang hanya berwarna putih (tanpa warna kuning).