Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Buyung Wijaya Kusuma
Komisaris di sebuah BUMN

Komisaris BUMN yang bergerak di bidang energi, PT Brantas Energi. Memiliki pengalaman puluhan tahun di harian KOMPAS dan mendalami bidang energi dan sumber daya mineral. Ketika berkarir di KOMPAS, memiliki hubungan yang erat dengan berbagai narasumber, baik dari pemerintah, pengamat, DPR hingga kalangan industri. Berkat hubungan baik tersebut, selalu mendapatkan berita ekslusif dan tak jarang menjadi trend setter bagi media-media nasional lainnya.

Hingga kini, di tengah kesibukan, penulis terus mengikuti perkembangan energi dan sumber daya mineral di Tanah Air dan mancanegara yang dituangkan dalam sejumlah tulisan.

Potensi dan Kendala Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro

Kompas.com - 13/12/2021, 14:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI negara yang dialiri ratusan sungai, Indonesia punya potensi tersembunyi yang tersebar di seluruh Nusantara. Potensi tersebut adalah debit aliran sungai sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT) yang bermanfaat bagi anak cucu seiring dengan terus tumbuhnya permintaan listrik nasional.

Hingga saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut potensi sumber energi dari air itu mencapai 75.000 Mega Watts, sementara pemanfaatannya masih kurang dari 10 persen.

Baca juga: Belajar dari Semangat Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) Mesir

Pemerintah dan perusahaan pelat merah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah lama menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yaitu sumber energi yang memiliki kapasitas 10 MW. Namun banyak sungai-sungai kecil yang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMN).

Berbeda dengan PLTA yang memiliki kapasitas lebih besar, PLTM hanya dapat menghasilkan maksimal 10 MW, sedangkan PLTMN hanya kurang dari 1 MW.

PLN mengatakan akan terus meningkatkan bauran EBT di sektor kelistrikan dengan terus memanfaatkan sumber listrik dari air tersebut. Hasilnya hingga Juni 2021, realisasi penambahan kapasitas PLTA dan PLTM telah mencapai 142,8 MW.

Sementara PLTMN, menurut Kementerian ESDM, sendiri masih belum maksimal dimanfaatkan, meski potensinya sebesar sekitar 19,4 MW yang tersebar di 31 provinsi.

Walaupun PLN terus menggenjot penggunaan EBT dari tenaga hidro, tapi pencapaiannya masih jauh dari menggembirakan.

Secara umum, data Kementerian ESDM menunjukkan penambahan kapasitas pembangkit EBT mencapai 376,04 MW pada kuartal tiga tahun ini dari target 2021, sebesar 875,78 MW. Penambahan itu di antaranya berasal dari PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTSA) sebesar 17,88 MW, dan PLTM sebesar 71,26 MW.

Tantangan

Jauhnya panggang dari api ini atau jauhnya pencapaian target tersebut tak lepas dari dibutuhkannya suntikan dana dari pihak ketiga.

Khusus untuk pengembangan proyek PLTM dan PLTMN, masalah menjadi bertambah. Tak hanya berkutat pada masalah investasi, tetapi juga di antaranya terkait dengan pelestarian lingkungan dan infrastruktur di sekitar aliran sungai yang terkadang masih belum memadai, sehingga dibutuhkan dana yang semakin besar. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga turut menentukan.

Baca juga: Menteri ESDM: 5 Tahun Terakhir, Investasi Energi Baru Terbarukan Global Naik 8 Kali Lipat

Masalah investasi mau tak mau membutuhkan uluran tangan dari pemerintah untuk memberikan paket-paket kebijakan yang pro-investor agar pengembangan PTMN dan PLTMN dapat kompetitif dengan sumber energi lain. Masalah kemungkinan adanya kesenjangan infrastrukur, secara otomatis dapat diselesaikan dengan instrumen kebijakan yang menarik.

Jika investor hadir, tentunya masalah kesenjangan infrastruktur dapat menemukan jalan keluar. Sedangkan terkait dengan isu lingkungan, masyarakat dituntut untuk berperan aktif karena untuk menjaga keberlangsungan sungai, dibutuhkan ekosistem yang mendukung agar aliran air dapat terjaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com