Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTU Batu Bara Disetop, Co-Firing Biomassa dan Teknologi CCS Jadi Pilihan

Kompas.com - 15/12/2021, 12:30 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga 2030, pemerintah berencana menghentikan pembanguna Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap, untuk mengurangi penggunaan batu bara.

Padahal, Indonesia sumber daya batu bara yang melimpah mencapai 143,7 miliar ton dengan cadangan sebanyak 38,8 miliar ton. Rata-rata produksi pun mencapai 600 juta ton per tahun.

Dengan potensi cadangan batu bara sebesar itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 65 tahun ke depan.

Baca juga: Pemerintah Bakal Pensiunkan PLTU Batu Bara, Ini Kata Pengusaha

Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan baru bara tersebut?

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko membeberkan sejumlah rencana yang akan dilakukan.

Pertama, pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi pun akan terus dilakukan dengan strategi energy mix.

"Dalam porsi energy mix selama 2021-2030 nanti, batu bara masih menempati porsi 60 persen pada bauran energi nasional," ujarnya dalam webinar DETalk Outlook 2022: Masa Depan Industri Batu Bara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12/2021).

Baca juga: Pembangunan PLTU Disetop, Ini Strategi Pemerintah untuk Dorong Pemanfaatan Batu Bara

Kedua, permanfaatan batu bara ke depan harus diimbangi dengan teknologi ramah lingkungan atau clean coal technology untuk mengurangi emisi CO2 atau karbondioksida.

Caranya, dengan inovasi teknologi pengganti PLTU. Artinya PLTU eksisting akan diganti dengan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) Baseload, seperti melalui co-firing biomassa.

Baca juga: BCA dan Bank Permata Masih Minati Pembiayaan Batu Bara, di Tengah Isu Perubahan Iklim

Lalu penurunan emisi dilakukan dengan penerapan teknologi batu bara bersih, berupa implementasi Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dengan bahan bakar gasifikasi batu bara. Serta dengan implementasi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mengurangi emisi CO2.

Ketiga, pemanfaatan batu bara dengan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), methanol, pupuk, dan syngas.

"Kami berharap batu bara yang kita miliki ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi penggerak perekonomian nasional," pungkas Sujatmiko.

Baca juga: Harga Batu Bara Tetap Tinggi, PTBA Jajaki Pasar Baru ke Filipina dan Vietnam

PLTU Disetop, PLN andalkan Co-firing dan teknologi CCS

Di PLN sendiri sebagai perusahaan negara penyedia listrik, masih ada PLTU berbahan bakar batu bara hingga 2025 yang merupakan bagian dari proyek pembangkit 35.000 Megawatt.

Lantas apa yang akan dilakukan PLN jika PLTU disetop?

Edwin Nugraha, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN membeberkan sejumlah strategi PLN menghadapi hal tersebut.

Pertama, dengan melakukan co-firing PLTU dengan biomassa.

Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.

“Kami harapkan 10-20 persen batu bara bisa diganti menjadi biomasa (hingga 2025). Dengan begitu, kita berharap 3-6 persen target bauran EBT bisa tercapai 5 tahun ke depan,” kata Edwin dalam DETalk Outlook 2022: Masa Depan industri Batu Bara Menuju Transisi Energi, Selasa (14/12/2021).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com