Oleh: Joshua Farrel*
KONSEP bank digital baru muncul satu dekade belakagan. Namun, trennya terus tumbuh secara signifikan, baik dari jumlah pemain atau brand maupun nasabah.
Ketiadaan kantor fisik dan kegiatan finansial yang dapat dilakukan dari handphone menjadi pembeda sekaligus nilai tambah dibandingkan bank konvensional. Peluang dan tren bank digital akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduk. Penggunanya pada 2026 diprediksi mencapai 74 juta penduduk. Sementara saat ini, ada 47 juta penduduk Indonesia dengan mayoritas merupakan generasi milenial yang merupakan pengguna bank digital.
Baca juga: Tergiur Bunga Tinggi Bank Digital? Pahami Dulu Risikonya
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana persepsi generasi milenial yang sudah mencoba menggunakan bank digital? Tulisan ini akan membeberkan fakta dari riset in-depth interview yang kami lakukan.
Kaum milenial dan gen z punya perbedaan preferensi atas bank digital yang diandalkan. Milenial yang kebanyakan masuk dalam usia bekerja, bisa menggunakan lebih dari satu brand finansial.
Tercatat dari hasil penelitian kualitatif, milenial memiliki aplikasi finansial yang lebih banyak dari gen z. Alasannya, gen z umumnya masih berkuliah dan memiliki pendapatan terbatas. Oleh karena itu, pendapatan masih difokuskan untuk kebutuhan transaksional.
Sementara itu, kaum milenial yang mayoritas sudah memiliki pendapatan, punya tanggung jawab atas perencanaan keuangannya. Mereka perlu membagi pos-pos keuangan untuk biaya-biaya, tabungan, dan investasi.
Baca juga: Ingat, Bunga Bank Digital Memang Tinggi, tapi Tak Semua Simpanan Nasabah Dijamin LPS...
Kebutuhan beragam itu yang membuat mayoritas pengguna bank digital saat ini adalah milenial.
Untuk itu, ke depannya, pembahasan akan kami kerucutkan pada penggunaan bank digital oleh milenial.
Milenial rupanya tidak menggunakan bank digital sebagai bank utama. Bagi milenial, bank digital adalah secondary bank saja. Mereka menggunakannya untuk memanfaatkan fitur-fitur yang tidak dimiliki oleh bank tradisional.
Ada dua alasan utama bank digital tidak digunakan sebagai bank utama, yaitu ketidakpraktisan dan banyaknya pilihan produk finansial lainnya, khususnya dalam hal investasi.
Saat ini, mayoritas aktivitas transaksi masih dilakukan dengan memanfaatkan produk bank konvensional. Ini karena pendapatan dari tempat kerja dan orangtua biasanya ditransfer atau diberikan melalui bank konvensional.
Oleh karena itu, masalah yang dirasakan milenial dalam menggunakan bank digital adalah ketidakpraktisan.
Milenial yang mengedepankan kecepatan merasa ribet ketika harus memindahkan uang dari rekening bank tradisional ke bank digital. Biaya transaksi antarbank justru tidak dianggap sebagai masalah, karena merasa kebijakan dan sistemnya sudah seperti itu.
Baca juga: Apa Itu Bank Digital dan Bedanya dengan Layanan Online Bank?
Umumnya, milenial menggunakan bank digital untuk dua hal yang berkaitan dengan kemudahan pembayaran, yaitu fasilitas VISA dan e-card. Bank digital biasanya menyediakan e-card dan sudah dibubuhi logo VISA - provider yang memungkinkan kartu bank penerbit dapat dipakai pada merchant-merchant tertentu dengan logo sama - dan bisa digunakan untuk transaksi autodebet.