Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Ungkap Negara Rentan Terdampak Tapering AS, RI Termasuk?

Kompas.com - 22/12/2021, 11:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap beberapa negara di dunia akan sangat terpengaruh oleh tapering off bank sentral AS, The Fed.

Bendahara negara ini mengatakan, berbagai negara tersebut berada pada zona rentan, baik dari sisi utang publik, utang eksternal, hingga indeks harga konsumen.

Adapun pengukuran kerentanan menggunakan variabel ekonomi makro di 40 negara yang diolah menjadi vulnerability index. Makin besar angka vulnarability-nya, berarti makin rentan negara tersebut.

Baca juga: Penerimaan Pajak Tembus Rp 1.082,6 Triliun, Sri Mulyani: Bukti Degup Ekonomi yang Kuat

"Stance dari monetary policy Amerika Serikat dari sisi interest rate (suku bunga acuan) yang pasti akan mengalami adjustment dalam rangka menangani pressure inflasi. Dan ini akan memberikan dampak secara global terutama negara yang menghadapi vulnerabilitas makin tinggi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (21/12/2021).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan, beberapa negara dengan indeks vulnerabilitas tinggi adalah Argentina, Turki, Sri Lanka, Mesir, Pakistan, India, Nigeria, Brazil, hingga negara tetangga Malaysia.

Di Argentina, jumlah utang publik mendapat skor vulnerability index sebesar 37, harga konsumen (consumer price) sebesar 40, dan utang eksternal sebesar 36.

Sementara itu, utang publik di Sri Lanka mendapat skor sebesar 39, utang eksternal sebesar 38, dan current account balance dengan skor 33.

Adapun di Mesir, utang publik pada skor 36, dan current account balance pada skor 36. Untuk Malaysia, utang eksternal mendapat skor 35, sedangkan utang publiknya mendapat skor 29.

"Negara G20 emerging seperti Brazil pun ada di dalam zona yang cukup vulnerable. Turki dari sisi current account balance kemudian dari sisi policy mengenai consumer price karena inflasi sangat tinggi saat ini, dan external debt-nya berada pada posisi merah," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: APBN Mulai Pulih, Sri Mulyani Perkecil Penarikan Utang dari SBN Rp 263,5 Triliun

Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Wanita yang akrab disapa Ani ini menuturkan, Indonesia berada pada zona yang relatif aman. Utang publik Indonesia mendapat skor 12, utang eksternal dengan skor 22, harga konsumen mendapat skor 5, dan current account balance dengan skor 18.

Kendati demikian kata Ani, Indonesia harus tetap waspada karena situasi pada tahun 2022 akan sangat berubah-ubah, sebagai dampak kebijakan moneter negara-negara maju termasuk AS.

"Ini semua berasal dari adjustment policy yang harus dilakukan oleh negara maju dalam menghadapi pressure yang sangat tinggi dari inflasi dan labor shortage maupun disrupsi. Ini semua yang harus menjadi hal yang kita waspadai," beber dia.

Adapun saat ini, angka kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia cukup terkendali sehingga tidak mempengaruhi mobilitas. Beberapa aktivitas seperti aktivitas umum dan aktivitas belanja ke supermarket menunjukkan kenaikan.

Indikator konsumsi maupun produksi juga menunjukkan adanya pemulihan di kuartal IV. Indeks kepercayaan konsumen mengalami kenaikan pada level 118,5.

"Pada November ini dan berlanjut di Desember semua mengalami perbaikan, meski presiden dan kabinet selama ini terus memberikan warning dan kewaspadaan bagi kita semua," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: Ingat Warisan dari Mertua Tetap Ada Pajaknya, Simak Saran Sri Mulyani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com