Belanja Subsidi Bengkak Lagi Setelah 2 Tahun Susut, Per 2021 Capai Rp 243,1 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, belanja subsidi tembus 138,6 persen dari pagu atau setara Rp 243,1 triliun.

Bendahara negara ini mengungkap, belanja subsidi tahun 2021 naik setelah dua tahun sebelumnya, yakni 2019-2020 mengalami pertumbuhan negatif.

"Subsidi naik cukup tinggi mencapai Rp 243,1 triliun. Dua tahun sebelumnya negatif growth, tahun 2019-2020 masing-masing -10,8 persen dan -20,5 persen, tahun ini lonjakannya 30,5 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (3/1/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia hanya Tumbuh 3,7 Persen Sepanjang 2021

Wanita yang akrab disapa Ani ini menyebut, belanja subsidi dimanfaatkan untuk melindungi masy miskin dan mendukung UMKM. Misalnya, untuk menstabilisasi harta listrik hingga subsidi BBM.

Tercatat, subsidi BBM meningkat menjadi 16 juta kilo liter, subsidi LPG 3 kg meningkat sejalan dengan kenaikan contract price (CP) Aramco dengan volume LPG sebesar 7,12 MT.

"Manfaat subsidi listrik kita berikan kepada masyarakat, seperti tarif listrik terjangkau untuk 32,5 juta pelanggan, diskon tarif listrik untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA untuk 30,8 juta keluarga, dan diskon tarif listrik untuk pelaku bisnis dan industri," beber dia.

Baca juga: Sepanjang 2021, Defisit Fiskal Tembus Rp 783,7 Triliun

Subsidi diberikan pula untuk pupuk seberat 7,9 juta ton, subsidi bantuan uang muka perumahan 176.100 unit, dan subsidi bunga KUR kepada 12,8 juta debitur dengan realisasi penyaluran KUR sebesar 284,9 triliun.

"Subsidi non energi seluruhnya tumbuh 17,5 persen sebesar Rp 102,7 triliun," pungkas Sri Mulyani.