Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Era Jayanya, BlackBerry Tolak Bangun Data Center di Indonesia

Kompas.com - 05/01/2022, 11:15 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Kisah kejatuhan BlackBerry selalu menarik diceritakan kembali. Dulu begitu berjaya, kini sama sekali ponsel BlackBerry tidak ada lagi gaungnya.

Jika ada salah satu faktor utama yang jadi penyebab, tentu ada kesalahan kepemimpinan di masa silam. Padahal, BlackBerry sempat dianggap sebagai ponsel sejuta umat. Di kalangan menengah dan menengah ke atas Indonesia, BlackBerry juga menjadi ponsel wajib. 

BlackBerry pernah berjaya dalam industri smartphone. Pada masa keemasannya di tahun 2008, perusahaan ini bernilai 84 miliar dollar AS. Produk-produknya pun digemari banyak orang.

Namun pada 4 Januari kemarin, sistem operasi atau OS pada Blackberry disuntik mati, atau dengan kata lain ponsel BB sudah tidak berfungsi lagi untuk beberapa aplikasi. 

Baca juga: Mengapa Orang AS Lebih Memilih Bangun Rumah Kayu Ketimbang Semen?

Merunut ke belakangan, BlackBerry yang menawarkan keunggulan keamanan penggunanya ini sempat jadi kontroversi di Indonesia. 

Sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna, BlackBerry justru enggan membangun data centernya di Indonesia. Meski pemerintah Indonesia berulangkali menuntut perusahaan yang sebelumnya bernama Research in Motion (RIM) tersebut. 

Tuntutan untuk menempatkan data center BlackBerry di Indonesia didukung para operator seluler. Para operator yang selama ini menyediakan layanan BlackBerry juga punya keinginan yang sama dengan pemerintah mengenai hal tersebut

Kala itu, Kepala Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S Dewa Broto, para operator bahkan mengirimkan surat kepada Kementerian Kominfo pada 1 Desember 2010.

Baca juga: Mengapa Israel Begitu Kaya Raya?

Selain meminta pemerintah mendesak RIM menyaring konten pornografi, operator meminta pemerintah mendesak RIM memasang pusat data (data center) di Indonesia guna efisiensi bandwidth internasional. 

"Kementerian Kominfo memiliki pandangan yang sama dengan keenam penyelenggara telekomunikasi penyedia layanan BlackBerry," kata Gatot dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 11 Januari 2011. 

"Bahwa pembangunan RIM Infrastructure (data center) adalah solusi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan international bandwidth, membantu para penyelenggara telekomunikasi dalam melakukan maintenance/troubleshooting serta memudahkan implementasi filtering konten negatif," tulis Gatot dalam suratnya. 

Di masa kejayaannya di Indonesia, semua trafik data melalui BlackBerry memang ditangani oleh data center RIM di Kanada. Operator telekomunikasi menyediakan bandwidth khusus untuk layanan BlackBerry dan semua permintaan akses ke internet dilakukan oleh RIM. 

Baca juga: Indosat dan Tri Merger, Apa Saja Manfaatnya bagi Pelanggan?

Dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, operator dituntut terus menambah lebar bandwidth untuk menjamin kualitas layanan kepada setiap pelanggan.

Seperti diketahui, BlackBerry begitu populer di Indonesia karena aplikasi BBM miliknya.

Penghentian operasi ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Sebab, BBM memang kalah bersaing dengan aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, LINE, Kakao Talk hingga WeChat.

Nama BBM melambung seiring dengan meningkatnya pengguna ponsel BlackBerry. Maklum, BBM hanya bisa digunakan oleh pengguna ponsel BlackBerry. Artinya menggunakan sistem tertutup dan dikembangkan sendiri.

Baca juga: Mahalnya Iron Dome, Teknologi Israel Penghalau Roket Hamas

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com