KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

2022, Tahun Inovasi

Kompas.com - 08/01/2022, 08:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM berbagai rapat kerja akhir 2021, kata “transformasi” dan “inovasi” kerap menjadi kata kunci. Semua orang berkeyakinan bahwa inovasi akan membuat kita kita dapat terus berpacu dalam kompetisi. Oleh karena itu, semua pimpinan menyerukan kepada anak buahnya untuk terus-menerus berfokus pada inovasi.

Namun, banyak karyawan yang memiliki semangat menggebu-gebu dalam berinovasi justru merasa bingung untuk memulainya. Apalagi, ketika mereka membandingkan diri dengan para start-up yang kreatif dan lincah.

Bisa dibayangkan, jalan pikiran mereka yang tadinya dibentuk untuk selalu mematuhi standar operasi sekarang dipaksa untuk mempertanyakan praktik-praktik yang ada, berpikir out of the box, dan menemukan solusi-solusi baru. “Innovate or die,” begitu kata pepatah populer masa kini.

Untung saja, banyak perusahaan sudah menjalankan pelatihan dan sosialisasi untuk menanamkan pemahaman bahwa kita dapat berinovasi dalam segala bidang.

Inovasi tidak terbatas pada produk baru saja. Proses bisnis yang dibuat lebih singkat dan customer friendly juga dapat disebut inovasi.

Perubahan proses bisnis toko bisa menjadi contoh. Dulu, toko umumnya dijaga oleh pramuniaga yang kerap mengikuti pelanggan. Meski bermaksud membantu, hal ini kerap membuat pelanggan risih.

Karena itu, banyak toko mulai melakukan transformasi digital. Panduan mengenai letak display produk dan keterangan spesifikasi produk disusun sedemikian rupa. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelanggan dalam mendapatkan informasi secara cepat tanpa bantuan pramuniaga.

Contoh lain, manajemen yang sebelumnya birokratis kini menyediakan sistem pengumpulan ide dan pendapat dari lapangan. Kemudian, perusahaan yang tadinya mengandalkan reputasi besar sekarang merasa perlu memasarkan diri dengan lebih agresif dan kreatif.

Cara pikir baru yang sering disebut sebagai design thinking merupakan proses berpikir yang tidak lagi dimulai dari benak pemimpin atau para pemikir perusahaan. Apa yang akan membuat pelanggan puas, senang, tertarik, sampai tergoda untuk membeli justru bermula dari kebutuhan pasar.

Pokok persoalan tersebut dianalisis untuk melahirkan cara, produk, ataupun manajemen baru di dalam perusahaan. Analisis pun tidak boleh dibiarkan terlalu lama sampai semua data benar-benar jelas. Kemudian, perusahaan bisa langsung melakukan uji coba dalam skala yang tidak terlalu besar risikonya.

Prinsip-prinsip berinovasi di perusahaan

Agar transformasi dapat berjalan dengan lancar, inovasi tidak boleh terjadi secara sporadis dan hit and miss tanpa grand design. Kita perlu sama-sama memahami bahwa fenomena yang sedang terjadi di luar dan mendefinisikan ancaman terdekat yang akan dihadapi.

Dari sini, kita bersama-sama menciptakan strategi inovasi yang lebih komprehensif dan dapat ditangkap oleh setiap divisi di perusahaan, baik di garis depan maupun belakang.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Ada beberapa hal yang perlu dianut oleh seluruh perusahaan bila napas inovasi ingin diembuskan di dalam organisasi.

Pertama, kita perlu melihat start-up dari sudut sistematika berpikirnya. Bukan sekadar penampilan, melainkan cara mereka melakukan brainstorming ataupun hal lain yang sering dibahas menjadi ciri penduduk Silicon Valley.

Kondisi yang sesungguhnya perlu kita pelajari dari para start-up adalah kekuatan mereka membuat metode kerja dalam kondisi yang tidak menentu agar terus bergerak maju.

Kedua, kegiatan inovasi terancam mengalami kegagalan bila proses searching dan exploring dilakukan dalam proses yang sangat singkat.

Banyak manajemen puncak langsung berusaha mengerahkan seluruh sumber daya di perusahaan ketika mendapatkan sebuah ide. Padahal, belum ada pembahasan secara tuntas mengenai pemikiran tersebut.

Asumsi adalah musuh besar inovasi. Asumsi harus ditunjang oleh eksplorasi yang kuat. Making decisions based on evidence means that we must go wherever the evidence takes us.

Ketiga, banyak orang yang membayangkan bahwa inovasi adalah sekumpulan ide yang cool. Padahal, inovasi tetap harus memiliki landasan model bisnis yang menguntungkan perusahaan. Without a good business model, even the coolest ideas will fail.

Model bisnis yang baik pasti menjawab kebutuhan pelanggan dan memikirkan nilai tambah yang menguntungkan. Di sinilah saktinya proses eksplorasi yang dapat menemukan solusi tepat untuk menjawab kebutuhan pasar.

Keempat, right thing, right time. Banyak bisnis sudah melakukan inovasi ketika pasar belum siap.

Contohnya, Blue Bird sudah memiliki aplikasi online lebih dahulu sebelum sang unicorn Gojek lahir. Namun, kebiasaan menggunakan aplikasi yang belum terbangun di masyarakat membuat penggunaan aplikasi mereka tidak berkembang. Di sinilah, kita sangat perlu melakukan riset mengenai pasar dan langkah yang perlu dilakukan untuk “mendidik” pasar.

Kelima, right question, right time. Proses manajemen yang baik pasti memancing setiap manajer untuk bertanya sebelum memulai prosesnya.

Misalnya, dengan mempertanyakan peluang return on investment (ROI) sebelum memulai suatu proyek. Langkah ini dapat membantu manajer memetakan pemikirannya secara menyeluruh mengenai proyek yang akan dikembangkan olehnya.

Proses inovasi yang baik harus membantu setiap manajer untuk berpikir dalam menempatkan anak buahnya. Ia harus mampu membuat keputusan strategis dan membawa divisinya bergerak maju ke depan.

Kelima pertimbangan tersebut diperlukan agar proses inovasi kita berjalan sesuai rencana serta tidak sia-sia membuang energi dan dana. Tetap ada pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita yang membuat kita tidak besar pasak daripada tiang.

Pertanyaan-pertanyaan seperti siapa pelanggan Anda? Problem apa yang dapat kita pecahkan? Bisakah kita memecahkan masalahnya? Berapa biaya solusi kita? Seberapa kuat daya beli pelanggan? Apakah harga kita cocok dengan selera pelanggan? Bagaimana cara terbaik menjangkau pelanggan kita?

It is not only our products that need continuous improvement. We should also continuously improve the processes we use to create them.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com