Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Indonesia Dorong Perluasan Transaksi Mata Uang Lokal

Kompas.com - 20/02/2022, 08:40 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Serangkaian langkah signifikan dan fundamental telah disiapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menghadapi volatilitas di pasar keuangan, khususnya menjelang periode normalisasi kebijakan keuangan negara-negara maju.

Kerja sama bilateral transaksi menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) menjadi salah satu strategi utama yang disiapkan oleh BI untuk merespons normalisasi kebijakan global, sekaligus mendukung stabilitas perekonomian.

Implementasi LCS juga terus digaungkan oleh pemerintah dan BI dalam gelaran Side Event Presidensi G20 Indonesia pada pekan ini. Dalam rangkaian acara tersebut, Indonesia mendorong perluasan pelaksanaan LCS, untuk meminimalisir risiko kebijakan keluar atau exit strategy negara maju.

Baca juga: Tempatkan Mesin ATM di Rumah Raffi Ahmad-Nagita, BNI: Lokasinya Strategis...

Kurangi ketergantungan dollar AS

Tujuan utama dilaksanakannya LCS ialah untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap dollar AS, dengan menggunakan mata uang lokal negara terkait untuk menyelesaikan transaksi perdagangan atau investasi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penerapan LCS yang lebih luas oleh banyak negara akan menciptakan stabilitas sektor keuangan terutama di bidang perdagangan dan investasi antar negara, termasuk Indonesia dengan negara Asia lainnya.

"Target dari implementasi ini adalah untuk mengurangi ketergantungan yang sangat besar pada mata uang, terutama dollar AS," kata Sri Mulyani dalam rangkaian side event Presidensi G20 Indonesia menuju 1st FMCBG pada pekan ini.

Baca juga: Hutan Dibabat demi Sawit, Tapi Minyak Goreng Justru Langka dan Mahal

Di sektor perdagangan, penggunaan LCS membuat dua negara yang bertransaksi tidak perlu mengkonversi mata uang masing-masing ke dollar AS. Bebas konversi membuat biaya yang dikeluarkan pelaku usaha lebih rendah.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, penerapan LCS yang lebih luas juga meminimalkan risiko dari normalisasi kebijakan usai pandemi Covid-19 (exit strategy) dari negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat (AS).

"Penggunaan yang lebih luas dari LCS antar negara sangat relevan dijadikan agenda prioritas dari pertemuan kita di finance track, yaitu exit strategy untuk mendukung pemulihan dana diversifikasi keuangan," ujarnya.

Diversifikasi mata uang yang menjadi agenda global ini diharapkan menjadi dukungan terhadap stabilitas ekonomi makro, memperkuat proses pemulihan ekonomi yang berkelanjutan tidak hanya di masing-masing negara namun secara global.

Baca juga: Mau Beli Rumah Idaman? Simak Syarat Pengajuan KPR BRI 2022

"Ini menjadi agenda global dan ini menciptakan safety net keuangan dan untuk transaksi antar negara dalam mengurangi kemungkinan risiko shock ekonomi global yang menyebabkan instabilitas keuangan," katanya.

Nilai transaksi LCS ditarget terus meningkat

BI mencatat, nilai transaksi LCS mengalami peningkatan signifikan pada 2021. Tercatat nilai transaksi LCS sepanjang tahun lalu mencapai 2,53 miliar dollar AS atau setara Rp 36,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.330 per dollar AS), meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 797 juta dollar AS.

Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksikan, tren pertumbuhan itu berlanjut pada tahun ini, di mana transaksi LCS ditargetkan tumbuh sebesar 10 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun ini.

Baca juga: Ini Syarat dan Cara Ajukan Pinjaman KUR BRI Online lewat kur.bri.co.id

"Pada tahun 2021 kami mencapai total nilai transkasi LCS sekitar 2,5 miliar dollar AS dan tahun ini kami menargetkan untuk meningkat setidaknya 10 persen," ujar dia.

Lebih lanjut Perry menjabarkan, dari realisasi transaksi LCS pada tahun lalu tersebut, sebanyak 35 persen untuk perdagangan, 1 persen investasi langsung, 14 persen remitansi, dan 50 persen untuk interbank for cover position. Bank sentral disebut akan terus melakukan ekspansi untuk penggunaan LCS terutama untuk perdagangan dan investasi.

"Kami melakukan ekspansi dengan cara menyosialisasikan soal LCS ini ke negara-negara yang sudah memiliki kesepakatan dengan kami, dan bahkan kami juga akan memperluas ke negara-negara lain," tutur Perry.

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan 3 Negara yang Terbelit Utang Parah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com