Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Dorong Perluasan Penggunaan Mata Uang Lokal di Forum G20, Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 20/02/2022, 09:10 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus mendorong perluasan transaksi mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) antar-negara di forum G20.

Selain bisa mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS, LCS juga memiliki manfaat lain. LCS menjadi bisnis yang potensial bagi perbankan. Dengan penyelesaian transaksi menggunakan mata uang lokal, transaksi konversi valuta asing (valas) perbankan berpotensi terdongkrak.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat, volume konversi valas LCS mencapai 122,63 juta dollar AS dengan frekuensi mencapai 895 transaksi hingga 11 Februari 2022. Kehadiran LCS diproyeksi bisa mendorong bisnis volume transaksi perdagangan di berbagai negara yang sudah menerapkan LCS.

"Pada 2022 ini, pertumbuhannya akan terus terjadi transaksi-transaksi yang menggunakan payung LCS," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi dalam acara Side Event Finance Track G20 pada pekan ini.

Baca juga: Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Indonesia Dorong Perluasan Transaksi Mata Uang Lokal

Pertumbuhan transaksi LCS juga dicatatkan oleh PT Bank Central Asia Tbk. Bank swasta terbesar ini mencatat transaksi LCS meningkat di atas 40 persen, baik secara nilai transaksi maupun jumlah transaksi.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menilai, kehadiran LCS telah memberikan ragam manfaat bagi nasabah termasuk kuotasi nilai tukar mata uang asing secara langsung (direct quotation) antara Indonesia dengan negara mitra, serta penyelesaian transaksi yang lebih cepat karena negara mitra berada dalam zona waktu Asia.

Selain itu nasabah juga bisa mendapatkan nilai tukar yang kompetitif dan biaya yang ringan, serta terdapat pula relaksasi regulasi dalam melakukan transaksi jual beli valuta asing dalam mata uang ringgit, baht, dan yen terhadap rupiah.

"Ke depannya BCA akan terus mendukung bisnis perbankan internasional khususnya terkait transaksi LCS," ujar Jahja.

Dengan melihat dampak-dampak positif implementasi kebijakan tersebut, Jahja mendukung upaya BI untuk memperluas pelaksanaan LCS.

"Adapun beberapa negara yang potensial untuk dijajaki kerja sama LCS adalah Taiwan, Korea dan India," kata dia.

Baca juga: G20 dan Isu-isu Pinggiran yang Diperjuangkan...

BI diminta perluas implementasi LCS

Implementasi LCS dinilai masih bisa diperluas ke negara lain, oleh karenanya Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta BI memperluas kerja sama transaksi bilateral itu ke beberapa negara lain.

Ketua Umum Apindo, Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, perluasan kerja sama dilakukan selektif ke beberapa negara yang mempunyai peran tinggi dalam perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Negara-negara tersebut, antara lain, India, Korea Selatan, Arab Saudi, hingga Rusia.

"Diperluas negara yang ikut. Tadi sempat disebut ada India, Korsel, Saudi mungkin, Rusia, lalu negara lain yang kita pandang punya potensi yang besar sama kita. Itu bagus," kata Hariyadi.

Baca juga: Diduga Menimbun 1,1 Juta Liter Minyak Goreng di Sumut, Grup Salim: Untuk Mi Instan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, share (porsi) ekspor Indonesia ke India mencapai 1,04 miliar dollar AS atau 5,68 persen pada Januari 2022.

India menjadi pangsa ekspor terbesar keempat Indonesia, setelah China, AS, dan Jepang. Sementara Korea Selatan berada pada urutan keenam dengan pangsa mencapai 740 juta dollar AS. Porsinya 4,03 persen dari total ekspor Indonesia per Januari 2022.

Negara-negara tersebut diprediksi mampu meningkatkan transaksi LCS. Sebab, negara memiliki kaitan erat dengan RI dari sektor perdagangan maupun investasi.

"Seperti Rusia kalau pake dollar AS kena office of the foreign asset control. Nah, kita perluas saja dengan Rusia. Yang jelas-jelas ya. Itu juga akan membantu proses (perluasan LCS)," kara Hariyadi.

Baca juga: Tempatkan Mesin ATM di Rumah Raffi Ahmad-Nagita, BNI: Lokasinya Strategis...

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com