Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Roti hingga Mi Instan Berpotensi Naik

Kompas.com - 27/02/2022, 15:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah harga komoditas di dalam negeri kemungkinan terdampak konflik Rusia-Ukraina. Selain harga minyak, harga mi instan hingga roti menjadi dua komoditas yang berpotensi naik akibat perang tersebut.

Pasalnya, Indonesia mengimpor gandum dari Ukraina yang dipakai sebagai bahan utama pembuatan roti hingga mi instan. Meski bukan makanan utama seperti beras, Impor gandum Indonesia terbilang tinggi.

"Ini yang perlu diantisipasi. Beberapa produk makanan kita cukup bergantung dari gandum, jadi bisa mempengaruhi harga jual misalnya mie instan, ataupun roti, dan produk gandum turunan lainnya," kata Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/2/2022).

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Berlanjut, Ekonom: Harga Pupuk Bisa Terkerek

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Ukraina berada di urutan pertama sebagai pengimpor gandum di Indonesia. Pada tahun 2020, impor gandum Indonesia dari Ukraina mencapai 2,96 juta ton.

Secara keseluruhan di tahun 2020, total impor gandum Indonesia sebanyak 10,299 juta ton. Dengan demikian, Ukraina berkontribusi pada lebih dari 20 persen stok gandum di Tanah Air.

Kemudian pada Januari 2022, serealia termasuk gandum tercatat menjadi komoditas impor yang naik paling tinggi. Komoditas dengan kode HS 10 ini tercatat naik 130,3 juta dollar AS secara bulanan (month to month/mtm) terhadap Desember 2021.

"Jadi kalau lihat dari perkembangan harga komoditas khususnya gandum memang terjadi kenaikan dalam sebulan terakhir lebih dari 14 persen. Satu bulan terakhir saja kenaikannya segitu dan mengakibatkan penyesuaian di bidang produksi," beber Bhima.

Kenaikan harga turut dipengaruhi oleh harga minyak yang naik tinggi dan sempat tembus 100 dollar AS per barel. Hal ini membuat ongkos logistik untuk pengiriman menjadi makin mahal.

Namun kata Bhima, penyesuaian harga tetap bergantung pada para pengusaha di bidang makanan dan minuman yang bahan utamanya banyak dari gandum.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Melambung, Harga BBM Bakal Naik?

Dia berharap kenaikan harga tidak terjadi merata, mengingat warga sudah dibebankan dengan kenaikan beberapa komoditas lainnya, seperti daging sapi, minyak goreng, hingga kedelai.

"Tentunya membutuhkan subsidi pangan yang lebih besar. Makanya kami sarankan APBN segera dilakukan perubahan untuk memperbaiki pos anggaran, misalnya untuk belanja subsidi pangan, kemudian subsidi energi," tandas Bhima.

Sebelumnya diberitakan, operasi militer Rusia ke Ukraina terjadi sejak Kamis (24/2/2022) hingga saat ini. Teranyar, Rusia meledakkan wilayah Vasylkil, sekitar 30 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kyiv.

Militer Rusia terus bergerak ke beberapa kota Ukraina. Militer Ukraina yang kalah jumlah pun terus berusaha menahan serangan pasukan Rusia.

Baca juga: Facebook dan Youtube Blokir Media Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com