Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pelaku UMKM, Harga Bahan Pokok Naik Omzet Pun Turun

Kompas.com - 03/03/2022, 09:03 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini harga komoditas pangan merangkak naik, mulai dari harga tahu tempe hingga harga daging sapi.

Hal ini pun tentu membuat pelaku UMKM mengeluh lantaran harus merogoh kocek lebih dalam untuk belanja kebutuhan dagangannya.

Hal inilah yang dirasakan Thaliyah pedagang usaha makanan angkringan pecantol.

Baca juga: Harga Daging Sapi Naik, Pelaku Usaha Usul Pemerintah Impor dari Brasil, Meksiko, India

Thaliyah mengaku, kenaikan harga bahan pokok alias bapok ini berdampak cukup besar untuk usahanya. Sebab di usaha angkringannya, Thaliyah menjual makanan angkringan seperti tahu tempe goreng, sate-satean hingga pecantol yang isi dalamnya memasukan daging sapi sebagai ciri khasnya.

Khususnya untuk tahu tempe, Thaliyah mengaku kenaikannya beberapa minggu lalu sempat mengagetkan dia lantaran kenaikannya cukup besar.

"Kemarin itu tahu tempe sempat naik Rp 2.000-Rp 3.000 per papan padahal biasanya Rp 5.000. Itu kaget banget dong kan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/3/2022).

Pun dengan kenaikan daging sapi. Thaliyah menceritakan, biasanya dia membeli daging sapi hanya sekitar Rp 110.000 per kilogram. Namun terakhir dia berbelanja belum seminggu yang lalu, harganya meroket Rp 150.000 per kilogram.

Dia mengaku sempat bingung antara memilih mengurangi porsi makananan atau memilih menaikan harga menu jualan angkringan pecantolnya.

Baca juga: Ini Biang Kerok Harga Daging Sapi Naik hingga Rp 140.000 Per Kg

"Kalau ngurangi porsi makanan, takut ngecewain customer. Tapi kalau dinaikan harga menunya, berat di pelanggan. Mau enggak mau sih saya tetap mempertahankan porsi makanan yang biasanya dengan keuntungan yang sangat amat kecil," kata Thaliyah.

Hal ini pun, kata Thaliya, membuat omzet bulanannya menurun. "Yah sekitar 30-40 persen omzet bulanan terakhir saya turun dibandingkan yang biasanya," kata Thaliyah.

Tak hanya Thaliyah, Maitini Afrida salah satu pedagang rendang di pasar Tambun, Bekasi juga serupa.

Maitini mengaku, mau tak mau karena naiknya harga daging sapi, harga menu rendangnya juga harus ia naikkan lantaran takut merugi.

Dia mengatakan, karena harga daging sapi sudah tembus Rp 140.000 per kilogram, maka harga rendang yang ia jual ke konsumen dibanderol Rp 250.000 per kilogram.

"Saya jual (rendang) untuk per kilonya jadi Rp 250.000. Jadi saya naikin harga, mau gamau," beber Maitini.

Martini juga mengeluhkan aksi mogok yang dilakukan para penjual daging sapi. Karena pedagang sapi langganannya tutup, alhasil, ia tidak berjualan rendang sementara waktu.

"Iya saya cari daging sapi, enggak ada. Langganan saya tutup. Mogok begini, saya jadi bingung karena usaha saya itu kan jualan rendang, saya butuh daging yang banyak. Saya jadinya nggak bisa antar rendang ke pesanan saya," ungkap Maitini Afrida.

Ia berharap, aksi mogok ini tidak berkepanjangan dan pemerintah bisa segera memberikan solusi dari tindakan pedagang daging sapi ini. Sehingga pembeli terlebih para pelaku usaha makanan bisa tetap mejalankan kegiatan usahanya tanpa terhalang.

Baca juga: Naik, Harga LPG 12 Kg Tembus Rp 199.000

"Saya harap pemerintah bisa kasih solusi, penuhi permintaan pedagang daging sapi. Karena dampaknya seperti saya. Saya ini baru aja merintis usaha. Pelan-pelan udah banyak pelanggan, dagingnya nggak ada, saya jadinya gimana dagangnya," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com