Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Wanti-wanti Potensi Kelangkaan Energi Imbas Konflik Rusia-Ukraina, Ini Respons Pertamina

Kompas.com - 03/03/2022, 12:15 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyoroti kenaikan harga minyak mentah dunia imbas perang antara Rusia dengan Ukraina, yang berpotensi berdampak terhadap pasokan energi nasional.

Tercatat harga minyak mentah dunia telah menembus 110 dollar AS per barrel per Rabu (2/3/2022) kemarin, menyusul konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas.

Harga minyak mentah dunia tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014 yang rata-rata mencapai 93,17 dollar AS per barrel.

Baca juga: Apple Putuskan Tak Lagi Jual Produknya di Rusia

Melihat kenaikan tersebut, Jokowi meminta kepada seluruh pihak terkait untuk mencermatinya, guna memastikan pasokan energi nasional.

"Kelangkaan energi. Dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan. Ditambah perang (harganya) naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas 100 dollar AS yang sebelumnya hanya 50-60 (dollar AS)," ujar Jokowi.

Merespons pernyataan tersebut, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya.

Ia memastikan, perseroan berupaya menjaga pasokan BBM dan elpiji nasional serta menjamin distribusi komoditas energi itu sampai ke seluruh masyarakat Indonesia.

Baca juga: Dibayangi Kecemasan Pasokan Imbas Invasi Rusia, Harga Minyak Terus Melonjak

“Kegiatan operasional Pertamina dari hulu, kilang sampai hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar dia.

Melalui upaya tersebut, Fajriyah bilang, Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina akan terus meningkatkan kinerja menghadapi tantangan dinamika energi global dan transisi energi dunia agar menjamin ketahanan dan kemandirian energi nasional yang sangat diperlukan untuk  pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” ucapnya.

Baca juga: Terimbas Perang Rusia-Ukraina, Harga Gandum Dunia Melonjak ke Level Tertinggi sejak 2008

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com