KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Memupuk Tanggung Jawab dalam Diri

Kompas.com - 05/03/2022, 08:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


KATAtanggung jawab” sering kali digunakan dalam keseharian, baik dalam perbincangan pada lingkup pekerjaan maupun keluarga.

Dalam keluarga, anak-anak sejak kecil sudah diajarkan untuk bertanggung jawab pada hal-hal sederhana, mulai dari merapikan mainan yang sudah selesai dimainkan, mengembalikan barang yang dipinjam, sampai mencuci piring makannya sendiri.

Pada lingkungan kerja, seorang karyawan yang ditunjuk untuk menduduki posisi tertentu akan langsung menanyakan sejauh apa ruang lingkup tanggung jawabnya. Ia juga akan bertanya target yang diharapkan perusahaan untuk ia capai.

Dari sini sepertinya konsep tanggung jawab cukup jelas untuk dipahami. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana cara seorang individu menghidupkan tanggung jawab dalam dirinya sampai menjadi pribadi yang bisa diandalkan?

Kita sering melihat atasan yang bisa tetap tenang seolah-olah tidak berurusan dengan kesalahan anak buahnya. Bahkan, ia tidak merasa bertanggung jawab ketika ada seorang anak buah dipecat.

Ada juga orang yang selalu jeli melihat kesalahan orang lain, tetapi tidak berusaha mengaitkan situasi tersebut dengan dirinya. Seolah-olah kesalahan itu terpisah dari dirinya dan bukan bagian dari tanggung jawabnya.

Mengapa seseorang bisa mengembangkan pribadi tanpa rasa tanggung jawab seperti itu? Ternyata, rasa tanggung jawab tidak bisa diemban dengan cara “menempelkannya” begitu saja ke pribadi kita. Responsibility is about more than being able to dress yourself properly.

Ada banyak individu yang tidak mengembangkan tanggung jawab dirinya dengan konsisten dan progresif. Bahkan, individu yang cukup pintar malah bisa mencari alasan untuk menjelaskan ketidakmampuannya dalam mengembangkan rasa tanggung jawab.

Ada seorang dewasa muda yang membuat alasan bahwa ia mencuri uang ibunya karena kurang perhatian dan membutuhkan kasih sayang. Alasan ini bisa membuat orang iba dan mencoba berempati dengan dirinya.

Dengan alasan itu, ia berhasil terbebas dari susah payah akibat konflik dan benturan yang sebenarnya bisa membuatnya menarik pelajaran untuk perkembangan pribadinya.

Ada juga individu yang tidak bisa bekerja dengan akuntabilitas yang tuntas, tidak memiliki inisiatif, dan terus-menerus menghindari tanggung jawab yang berat. Alasannya adalah sejak kecil ia menyaksikan ayahnya disalahkan terus oleh atasannya sehingga ia pun takut melakukan kesalahan. Ia tampaknya tidak memiliki mekanisme yang dapat memperkuat kepribadiannya, bertumbuh dari penyelesaian kesulitan, ujian, dan belajar dari penanganan konflik.

Anak kecil yang bermain api dan kemudian tersundut akan belajar untuk menggunakan api dengan cara yang aman. Anak yang tidak berdaya melihat ayahnya melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada ibunya, bisa tumbuh menjadi orang yang berkomitmen untuk tidak melakukan tindakan tersebut kepada pasangannya. Namun, ia bisa juga melakukan sebaliknya, yaitu meniru ayahnya.

Itu semua tergantung cara ia menumpuk pengalaman tersebut untuk dijadikan pembelajaran bagi dirinya. Ada yang berdisiplin dan bersikukuh untuk menjadi pribadi yang kuat, ada pula yang membiarkan dirinya untuk tumbuh tanpa kontrol.

Tanggung jawab pribadi harus digarap

The way your life is, whether good or bad, is primarily your creation. Rezeki dan nasib setiap orang bisa berbeda-beda. Apa pun profesinya, setiap individu memiliki pilihan untuk menjadi orang yang berkualitas prima atau tidak. Tukang sapu jalanan sekalipun, bisa berkepribadian prima.

Jadi, bagaimana cara individu meningkatkan kualitas tanggung jawabnya?

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Pertama, seseorang yang telah dewasa harus bisa bertanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang penyandang disabilitas yang membutuhkan bantuan orang lain pun memiliki tanggung jawab untuk memberdayakan dirinya, mengurus dirinya sendiri sejauh yang ia bisa, dan mengembangkan dirinya dari hari ke hari.

Kedua, ownership yang ekstrem. Sadari bahwa apa pun yang kita miliki saat ini merupakan buah dari upaya dan pilihan kita sendiri. Kita bisa tidak sukses, kita pun bisa memiliki pengalaman yang buruk atau baik. Namun, kita harus sadar bahwa sikap kita terhadap masa lalu lah yang akan menentukan masa depan kita.

Sebagai individu, kita memiliki kecenderungan untuk meyakini bahwa beragam faktor di luar yang mengontrol hidup dan pengembangan diri kita. Kita sering lupa bahwa kita adalah pencipta pribadi kita di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Kitalah yang membentuk bobot tanggung jawab yang terkandung dalam tingkah laku kita, lengkap dengan setiap konsekuensinya.

Kita bisa berada di lingkungan yang penuh stereotip dan diskriminasi sehingga tidak mendapat kesempatan yang sama dalam suatu peluang. Namun, hal itu tidak membenarkan tindakan kita untuk menjadi diskriminatif juga kepada orang lain.

Tanggung jawab itu keterampilan yang bisa dipelajari

Tanggung jawab tidak langsung dimiliki seseorang saat lahir ke dunia. Rasa tanggung jawab tumbuh secara sosial. Kita mengalami dan mendengar berbagai hal, baik dan buruk, benar dan salah, menyenangkan dan menyakitkan dari lingkungan kita, baik secara daring maupun luring.

Lalu, bagaimana kita mengembangkan tanggung jawab pribadi ini?

Langkah pertama adalah berkaca. Kita perlu jujur pada diri sendiri, mengukur kekuatan dan kelemahan kita, serta menemukan hal-hal yang selama ini tidak kita selesaikan secara tuntas.

Langkah kedua adalah berlatih untuk merangkul semua tindakan dan reaksi-reaksi ke dalam tanggung jawab kita, bukan orang lain. Saat menghadapi permasalahan, kita perlu bertanya apa peran kita di situ, apa yang seharusnya kita lakukan tetapi tidak kita lakukan, apa yang seharusnya tidak kita lakukan tetapi justru tergoda untuk melakukannya.

Kebiasaan menunda adalah gambaran pribadi yang kurang bertanggung jawab atas komitmen yang telah dibuat. Mengubah kebiasaan untuk tepat waktu dan menuntaskan pekerjaan adalah latihan yang paling mudah untuk mengokohkan tanggung jawab pribadi kita. Tinggal kita perlu mempertanyakan kepada diri kita sendiri: beranikah kita untuk susah? Developing personal responsibility requires courage.


Terkini Lainnya

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Whats New
Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Whats New
Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Whats New
Sebanyak 15 Proyek CCS/CCUS dalam Tahap Studi, Direncanakan Beroperasi Mulai 2030

Sebanyak 15 Proyek CCS/CCUS dalam Tahap Studi, Direncanakan Beroperasi Mulai 2030

Whats New
komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com