Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Remehkan Bombardir Sanksi Barat, Anggap Rusia Bakal Makin Kebal

Kompas.com - Diperbarui 14/03/2022, 20:58 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber CNN,Aljazeera

KOMPAS.com - Pemerintah Rusia manyatakan akan menghadapi krisis ekonomi baru menyusul sederet sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya dari negara-negara Barat.

Putin juga mengancam akan melakukan pembalasan terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan. Pembalasan akan dilakukan dari mulai larangan ekspor produk-produk strategis hingga rencana mengambil alih aset perusahaan-perusahaan yang meninggalkan negaranya.

Baca juga: Elon Musk Ajak Putin Duel, Taruhannya Ukraina, Langsung Dicibir Pihak Rusia

Putin meyakini, negaranya lama kelamaan akan kebal terhadap berbagai sanksi ekonomi. Sebaliknya, kebijakan AS dan para sekutunya justru akan merugikan ekonomi mereka sendiri.

Putin mengakui, harga-harga kebutuhan pangan dan energi di Rusia memang mengalami kenaikan. Namun secara bertahap, Kremlin akan menyelesaikan masalah tersebut dan akan membuat negaranya semakin kuat di masa mendatang.

Baca juga: Mengenal SWIFT, Sanksi Ekonomi yang Merepotkan Jutaan Warga Rusia

"Sanksi ini akan dikenakan dalam hal apa pun. Ada beberapa pertanyaan, terkait masalah dan kesulitan (yang terjadi saat ini), tetapi di masa lalu kami telah mengatasinya dan kami akan mengatasinya sekarang," kata Putin dikutip dari Aljazeera, Senin (14/3/2022).

Terlebih, menurut Putin, Rusia selama puluhan tahun kerap jadi sasaran embargo ekonomi dari AS dan para sekutunya. Namun kenyataannya, ekonomi Rusia malah semakin kuat.

"Pada akhirnya, ini semua (sanksi ekonomi) akan mengarah pada peningkatan kemerdekaan, swasembada, dan kedaulatan kami," tegas Putin.

Penyerbuan ke Ukraina yang disebut Putin sebagai operasi militer khusus dianggap sebagai opsi yang terpaksa harus diambil Moskow. Putin menganggap, ancaman kedaulatan Rusia tak sebanding dengan kerugian ekonomi jangka pendek akibat sanksi ekonomi Barat.

Baca juga: Seberapa Miskin Ukraina?

Putin mengungkapkan, sekalipun negaranya sudah menerima berbagai sanksi ekonomi bertubi dari Barat dan sejumlah perusahaan, Rusia akan tetap memasok sepertiga kebutuhan gas ke Eropa sesuai kewajiban kontrak pembelian.

Ia menegaskan, rakyat Rusia akan semakin kuat karena terbiasa dengan berbagai sanksi ekonomi. Pengalaman Rusia dalam menghadapi embargo adalah buktinya.

“Jelas bahwa pada saat-saat seperti itu permintaan masyarakat untuk kelompok barang tertentu selalu meningkat, tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menyelesaikan semua masalah ini sambil bekerja dengan tenang,” kata Putin.

"Secara bertahap, orang-orang akan menyesuaikan diri, mereka akan mengerti bahwa tidak ada peristiwa yang tidak bisa kita tutup-tutupi dan selesaikan," sambungnya.

Baca juga: Mahalnya Iron Dome, Teknologi Israel Penghalau Roket Hamas

Harga minyak melonjak di AS

Dikutip dari CNN, para pemilik kendaraan di Amerika Serikat mengeluh kini harus membayar bensin lebih mahal dari sebelumnya. Harga untuk satu galon bensin melonjak hingga 4,17 dollar AS atau Rp 59.580 (kurs Rp 14.280).

Satu galon bensin di Amerika Serikat setara dengan 3,78 liter. Harga bensin ini memecahkan rekor tertinggi di Juli 2008, saat segalon bensin dibanderol 4,11 dollar AS.

Saat Rusia mulai menyerbu Ukraina, harga minyak maupun gas sudah naik sangat signifikan dalam waktu yang relatif kilat. Harga minyak di AS juga diperparah dengan rusaknya beberapa kilang usai diterjang Badai Katrina.

Halaman:
Sumber CNN,Aljazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com