Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Pagi Lanjutkan Kenaikan, Rupiah Masih Melempem

Kompas.com - 15/03/2022, 09:26 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (15/3/2022). Hal ini berbeda dengan mata uang garuda yang melemah pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 09.09 WIB, IHSG berada pada level 6.970,53 atau naik 18,3 poin (0,26 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.952,2.

Sebanyak 203 saham melaju di zona hijau dan 175 saham di zona merah. Sedangkan 177 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,5 triliun dengan volume 1,9 miliar saham.

Bursa Asia mixed dengan penurunan Shanghai Komposit 2,13 persen, dan Hang Seng Hong Kong 3,05 persen. Sementara itu, Nikkei menguat 0,23 persen, dan Strait Times naik 0,97 persen.

Baca juga: Wall Street Mayoritas Merah, Saham Apple, Qualcomm, hingga JD.Com Berguguran

Wall Street pagi ini ditutup mayoritas merah dengan penurunan S&P 500 sebesar 0,7 persen, dan Nasdaq Komposit 2,04 persen. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 1 poin.

Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengungkapkan, secara teknikal candlestick membentuk higher high dan higher low disertai kenaikan volume dengan stochastic yang melebar setelah membentuk goldencross.

“IHSG diprediksi menguat, pergerakan masih dibayangi tingginya harga komoditas. Di sisi lain, investor akan lebih konservatif jelang penetapan suku bunga di tengah pekan,” kata Dennies dalam rekomendasinya.

Baca juga: IHSG Ditutup Menguat, Rupiah Melemah

Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini masih bergerak di zona merah.

Melansir data Bloomberg, pukul 09.05 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.342 per dollar AS, atau turun 9 poin (0,06 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.333 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS dan sikap Bank Sentral AS yang akan lebih agresif dalam pengetatan moneter.

“Nilai tukar rupiah masih berpotensi bergerak melemah. Namun, sentimen positif dari negosiasi Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung mungkin bisa menahan pelemahan. Diketahui, Rusia mengiyakan untuk berdialog dengan Ukraina membuka harapan perang akan segera berakhir,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Ariston mengungkapkan, sentimen dari dalam negeri yakni data neraca perdagangan bulan Februari bisa menjadi market mover bagi pergerakan rupiah. Data yang masih menunjukkan surplus juga bisa mendukung penguatan rupiah.

Ariston memprediksi rupiah hari ini akan bergerak melemah pada kisaran Rp 14.300 per dollar AS sampai dengan Rp 14.380 per dollar AS.

Baca juga: IHSG Bakal Kembali Melaju? Simak Rekomendasi Sahamnya

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com