Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Ini Strategi "Cuan" Mengelola Aset Investasi

Kompas.com - 19/03/2022, 11:57 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Konflik Rusia dan Ukraina memberikan kejutan yang besar bagi pasar keuangan dunia yang terlihat pada peningkatan volatilitas dan aksi jual pada kelas aset berisiko.

Mengingat Rusia dan Ukraina memiliki peran yang penting dalam rantai pasokan migas, metal industri dan pangan dunia, dampak instan yang dirasakan adalah kenaikan harga komoditas dan inflasi.

Baca juga: Belajar dari Kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan, Ini Cara Hindari Iming-iming Cuan Instan Investasi Bodong

Caroline Rusli, CFA – Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan, ketatnya pasokan di pasar komoditas semenjak pandemi serta kekhawatiran disrupsi pasokan yang disebabkan oleh konflik ini mendorong harga komoditas menyentuh level yang sangat tinggi.

“Namun dampak rinci pada setiap negara akan berbeda tergantung pada berbagai faktor seperti posisi net importir/eksportir terhadap pangan dan energi, bobot pangan dan energi dalam keranjang inflasi, posisi fiskal dan ruang kebijakan moneter,” kata Caroline dalam siaran pers, Jumat (18/3/2022).

Baca juga: Siapa Hendy Setiono? Bos Kebab Baba Rafi yang Dilaporkan Dugaan Penipuan Investasi Bodong

Menurut Caroline, pasar Asia bisa diposisikan sebagai sarana diversifikasi, terutama bagi pelaku pasar yang ingin mencari peluang investasi di luar Amerika Serikat yang saat ini diterpa tekanan inflasi yang meningkat dan sikap hawkish Fed) atau Eropa (paparan eksposur yang lebih besar terhadap konflik Rusia).

Baca juga: Apa Itu Binary Option? yang Membuat Crazy Rich Indra Kenz Terancam 20 Tahun Penjara

Namun, sama halnya dengan kawasan lainnya, sentimen positif terhadap Asia akan tetap tergantung pada durasi dan perluasan konflik, serta dampak sanksi yang diberikan terhadap pertumbuhan global.

“Sejauh ini pasar saham Asia menunjukkan kinerja yang cukup resilien, beberapa faktor utama seperti valuasi yang atraktif, akselerasi ekonomi di tengah normalisasi pertumbuhan ekonomi negara maju, dan pertumbuhan laba emitennya yang solid menopang kinerja,” jelas dia.

Baca juga: Kala Minyak Goreng Tiba-tiba Muncul dari Persembunyian dengan Harga Terserah Pasar...

Di samping itu, inflasi yang relatif terkendali (intervensi pemerintah untuk membatasi kenaikan harga komoditas guna menjaga daya beli masyarakat), kenaikan harga komoditas yang menguntungkan beberapa negara penghasil komoditas, serta potensi perlambatan kenaikan suku bunga mendorong sentimen yang lebih positif terhadap Asia.

Baca juga: Binance Dituduh Kerja Sama dengan Rusia, Aset Kripto Cerah, Bitcoin dkk Melaju Pagi Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com