Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petrokimia Gresik Perluas Kerja Sama Program Makmur dengan PTPN Grup di 5 Provinsi

Kompas.com - 22/03/2022, 14:41 WIB
Hamzah Arfah,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan para petani tebu, Petrokimia Gresik terus memperluas kerja sama Program Makmur untuk petani tebu dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Grup.

Adapun perluasan kerja sama tersebut, tercantum dalam nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani oleh Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo, bersama enam pimpinan anak perusahaan PTPN III holding yakni PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII dan PTPN XIV, bertempat di Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Dwi Satriyo mengatakan, pihaknya telah melaksanakan kerja sama Program Makmur dengan PTPN X dan PTPN XI pada 2021. Kini di bawah komando Pupuk Indonesia, Petrokimia Gresik akan memperluas jaringan kerja sama Program Makmur dengan anak perusahaan PTPN III holding, yang bergerak di sektor tebu.

"Peran Program Makmur bagi petani tebu menjadi sangat penting, karena gula merupakan salah satu komoditas strategis nasional. Untuk bisa menghasilkan produktivitas dan rendemen yang tinggi, maka dibutuhkan sarana dan prasarana pertanian, seperti pupuk dan pestisida yang akan dibantu penyediaannya melalui Program Makmur,” ujar Dwi Satriyo melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (22/3/2022).

Baca juga: Ada Kebijakan Baru soal Minyak Goreng, Celah bagi Penimbun Sudah Tertutup?

Agenda Program Makmur kolaborasi Petrokimia Gresik dengan PTPN Grup bakal dilaksanakan di lima provinsi yakni Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, dengan target luasan lahan mencapai 60.223 hektar.

"Kami targetkan petani yang terlibat, mencapai 28.339 orang dari lima provinsi tersebut,” ucap Dwi Satriyo.

Dalam kerja sama tersebut, PTPN Grup berperan sebagai off taker atau pembeli tebu hasil Program Makmur, untuk memberikan jaminan pasar kepada para petani. Sedangkan Petrokimia Gresik, berperan dalam menjamin ketersediaan dan harga pupuk non subsidi.

Petrokimia Gresik sekaligus juga akan memberikan kawalan budidaya pertanian. Di antaranya, melalui layanan Mobil Uji Tanah (MUT), konsultasi teknologi pemupukan, rekomendasi dosis pupuk, hingga pelaksanaan demonstration plot (demplot) jika memang dibutuhkan.

"Selain pupuk, Petrokimia Gresik juga memiliki anak perusahaan yang memproduksi pestisida dan insektisida, sehingga kawalannya lengkap,” kata Dwi Satriyo.

Baca juga: Dicap Jadi Menteri Tukang Utang, Sri Mulyani: Untuk Menyelamatkan Masyarakat...

Direktur Utama holding PTPN III Mohammad Abdul Ghani menyatakan, pangan merupakan isu global. Perusahaan BUMN dituntut bisa meningkatkan kemandirian dan kedaulatan pangan, salah satunya dengan cara melalui kolaborasi dalam Program Makmur.

Ghani meyakini kolaborasi BUMN melalui kemitraan Program Makmur dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani. Seba dalam ekosistem yang dibangun, semua sarana produksi yang dibutuhkan dapat terpenuhi secara tepat waktu dengan harga terjangkau.

“Selain itu tentunya pendampingan budidaya dari Pupuk Indonesia dan PTPN Grup, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan produksi nasional, yang bermuara kepada kesejahteraan petani,” tutur Ghani.

Program Makmur merupakan agenda Kementerian BUMN yang bertujuan untuk menciptakan suatu ekosistem budidaya pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi. Caranya yakni dengan melibatkan berbagai stakeholder di bidang sektor pertanian.

Baca juga: Pengamat: Jika BSI Menjadi BUMN, UMKM Akan Diuntungkan

Ada tujuh BUMN yang ditunjuk oleh kementerian sebagai penanggungjawab program yakni ID Food, Pupuk Indonesia, PTPN III, Perhutani, BRI, Askrindo dan Asuransi Jasindo.

Sementara target Program Makmur yang dipercayakan Pupuk Indonesia kepada Petrokimia Gresik meningkat lima kali lipat dari dari 16.000 hektar pada 2021, menjadi 85.000 hektar pada 2022.

Rinciannya yaitu 40.000 hektare untuk komoditas pangan (padi, jagung dan kedelai), 37.000 hektar untuk komoditas perkebunan (tebu dan kelapa sawit), dan sekitar 8.000 hektar untuk hortikultura (bawang merah, benih hortikultura, kentang dan cabai).

 Baca juga: Bank Tidak Bisa Dipaksakan Mengalirkan Kredit kalau Tidak Ada yang Minta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com