BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan BTPN

Saatnya Investor Melirik Prospek Investasi Berbasis ESG

Kompas.com - 25/03/2022, 20:06 WIB
Hotria Mariana,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Investasi yang memprioritaskan aspek-aspek environment, social, and governance (ESG) tengah menjadi tren. Animo investor akan produk-produk investasi berbasis ESG pun terus meningkat di pasar modal, baik dalam negeri maupun global.

Berdasarkan laporan Refinitiv Lipper yang dimuat Reuters, Jumat (24/12/2021), total dana investasi ESG yang terhimpun dari seluruh dunia hingga 30 November 2021 sebanyak 649 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Sementara, perolehan pada 2020 hanya mencapai 542 miliar dollar AS dan 285 miliar dollar AS pada 2019.

Melihat tren tersebut, prediksi tim intelijen Bloomberg bidang investasi dan ekuitas yang dirilis pada Senin (23/2/2021), bisa saja terjadi.

Menurut Director of Research for ESG and Thematic Investing for Bloomberg Intelligence (BI) Adeline Diab dan Chief Equity Strategist BI Gina Martin Adams, aliran masuk dana ESG bakal melonjak secara signifikan pada 2025.

Jumlah dana tersebut diprediksi melampui 53 triliun dollar AS atau sepertiga dari total asset under management (AUM) global sebanyak 140,5 triliun dollar AS.

Baca juga: BEI: Bursa Terus Perhatikan Tuntutan Pasar soal Penerapan ESG

Di region Asia Pasifik, minat terhadap investasi berbasis ESG juga tinggi. Bahkan, meningkat pesat selama pandemi Covid-19. Peningkatannya mencapai lima kali lipat, baik secara flow maupun total dana kelolaan.

Jumlah reksa dana berbasis ESG yang diluncurkan selama pandemi pun naik tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Rinciannya, dari 40 produk reksa dana pada 2018 menjadi 120 produk reksa dana pada 2021.

Di Indonesia sendiri, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, total dana kelolaan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham bertema ESG mencapai Rp 3,4 triliun pada Oktober 2021.

Jumlah itu naik 80 kali lipat dari total dana kelolaan pada 2016 sebesar Rp 42,2 miliar, sebagaimana dikutip dari Kontan, Kamis (23/2/2021).

Baca juga: Dukung Investasi Berkelanjutan, BTPN Luncurkan Produk Reksa Dana Saham Berbasis LST dan Digital

Prospek investasi berkelanjutan

Investasi ESG sebenarnya bukanlah konsep baru. Penanaman modal dengan konsep berkelanjutan ini telah dilakoni banyak investor selama bertahun-tahun guna menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Meski berfokus pada ranah sosial, bukan berarti investasi ESG tidak memberikan keuntungan bagi investor. Sebaliknya, kesadaran mempertimbangkan aspek keberkelanjutan akan memengaruhi performa investasi.

Hal tersebut terungkap dalam riset New York University pada 2021 yang meneliti sentimen investor terhadap perusahaan yang menerapkan konsep ESG.

Hasilnya, sebanyak 10 persen penilaian investor direpresentasikan atas tangible assets (aset berwujud), seperti financial capital dan manufactured capital. Sisanya, diwakili oleh intangible assets, seperti intellectual capital, human capital, serta social and cultural relationship capital.

Berdasarkan penilaian itu, dapat disimpulkan bahwa selain berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, konsep ESG juga berdampak pada kinerja saham.

Hasil riset dari PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (Ashmore) juga mendapati bahwa sepanjang 2014-2021, index IDXESGL membukukan performa lebih baik bila dibandingkan IHSG maupun LQ45.

Bahkan, pengembalian hasil tak semata dalam bentuk keuntungan, tapi juga kepuasan karena investor secara tidak langsung berkontribusi pada penciptaan lingkungan dan masyarakat yang kondusif.

Baca juga: Investasi Berkelanjutan, Hijau, dan Berdampak

Pilihan instrumen investasi berbasis ESG

Untuk mendapatkan produk yang tepat dan mencapai tujuan berinvestasi, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam memilih instrumen investasi berbasis ESG.

Salah satunya, rating ESG berdasarkan penilaian Manajer Investasi (MI). Selain itu, investor juga perlu memastikan bahwa MI bersangkutan memiliki kredibilitas dan menggunakan metodologi yang sesuai saat membuat pemeringkatan.

Dari sekian banyak instrumen investasi berbasis ESG di Indonesia, Ashmore menjadi salah satu MI yang memenuhi kriteria tersebut, dengan produk reksa dana saham bernama Ashmore Digital Equity Sustainable Fund (ADESF).

Untuk diketahui, ADESF merupakan hasil kerja sama antara Bank BTPN dan Ashmore. Produk yang dapat diakses melalui unit bisnis wealth management BTPN Sinaya ini menjadi investasi digital dan berkelanjutan pertama di Indonesia yang dikelola secara aktif dalam denominasi rupiah.

Sepak terjang Ashmore sendiri tak perlu diragukan. Dengan pengalaman Ashmore Group lebih dari 20 tahun, perusahaan MI ini memiliki rekam jejak kinerja yang konsisten melampaui berbagai siklus pasar, terutama di negara berkembang.

Ashmore melalui Ashmore Group merupakan penandatangan United Nations of Principle of Responsible Investment (UNPRI) pada tahun 2013 dan telah melakukan penilaian ESG yang diintegrasikan pada proses investasi.

Baca juga: Berhasil Tekan Beban Bunga, Bank BTPN Cetak Laba Rp 2,05 Triliun

Khusus ADESF, Head of Wealth Management Business Bank BTPN Helena mengatakan bahwa produk reksa dana tersebut telah lolos kualifikasi BEI yang bekerja sama dengan Sustainalytics.

Sebagai informasi, Sustainalytics merupakan lembaga analisis independen asal Belanda dengan pengalaman 25 tahun dalam melakukan penilaian rating ESG.

Ashmore juga optimistis bahwa rencana realisasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia lewat pemanfaatan energi listrik untuk kendaraan akan memengaruhi investasi di masa depan.

Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan penjualan electric vehicle (EV) sebesar lebih dari 400 persen dalam kurun lima tahun terakhir, dengan nikel sebagai komponen utamanya.

Baca juga: Sepanjang 2021, Bank BTPN Salurkan Kredit Rp 135,60 Triliun

Sebagai salah satu produsen nikel, Indonesia menyumbang sekitar 23 persen dari cadangan nikel dunia sehingga akan diuntungkan dan dapat memainkan peran penting di pasar global.

Helena melanjutkan, momen tersebut merupakan peluang bagi investor untuk berinvestasi pada saham-saham bertemakan ESG.

Meski begitu, ia juga mengingatkan agar investor melakukan diversifikasi dan pengelolaan aktif diperlukan dalam investasi ESG. Hal ini dikarenakan universe dari saham-saham yang memiliki rating ESG tinggi sangat terbatas saat ini.

“Kombinasi dengan sektor, seperti teknologi, dapat mengoptimalkan kinerja portfolio dalam jangka panjang,” ujarnya.

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com